Selamat datang para jones yang haus akan cerita baper ^^

Apr 9, 2016

Niall Love Story: Forever Yours

#Niall Short Story#


-

-

-


“Princess..”

 Aksen Irlandia terdengar sayup di telingaku yang masih setengah terjaga. Perlahan ku membuka kedua kelopak mataku, membiarkan berkas sinar matahari menerangi iris mata cokelat gelapku. Di sisiku, seorang pemuda pirang bermata sebiru samudera menyambutku dengan dekapan hangat. Aku bisa merasakan sepasang lengan kekarnya memelukku dengan protektif.


“Good morning, Nialler..”


“Morning sweetheart.”Sahut pemuda pirang tersebut lembut,

“Today is a big day for you, isn’t it? I will take care of you all day long.” Kamu hanya tersenyum tipis,

“You’re too hyperbolic. Aku sudah sering melewati hari-hari semacam ini,” tukasmu sederhana,“Puluhan kali, just for your information. This ain’t my first time.” Pemuda yang ku sapa Nialler tadi hanya mengangguk singkat

“You’re beautiful, and too strong for a little girl. That’s why I love you.” Sebuah kecupan singkat mendarat mulus pada keningku. Membuatku tertawa renyah.

“I love you too, my nialler”

Ya, aku---gadis yang beruntung bisa memiliki seorang Niall Horan di sisi tempat tidurku setiap hari ,rupanya tak seberuntung kelihatannya. Mata cokelat bersinarku memang bisa menyembunyikannya, begitu pula dengan bibir merah mudaku yang selalu merekahkan senyum. Jauh di dalam diriku, ada sebuah penyakit berbahaya yang mengancam hidupku. Aku terlahir dengan kelainan jantung, dan membuatku kerap melakukan operasi klep jantung setiap beberapa bulan sekali dan minum obat setiap harinya. Hari ini, adalah yang kesekian puluh kalinya aku menjalani operasi tersebut. Niall tahu akan hal itu, dan hal itu pula yang membuat pemuda Irlandia tersebut begitu mengagumiku sebagai tunangannya. Aku adalah gadis yang kuat, sangat sangat kuat. Niall mendaratkan satu lagi ciuman pada dahiku.

“C’mon get up from the bed. There’s some breakfast for you down stair, Alia.”

“Thank you, you’re the best.” Aku membawa Niall dalam pelukanku, sebelum akhirnya berdiri dan turun untuk sarapan.

Sepanjang hari dihabiskan oleh aku dan dia dengan duduk berdampingan di sofa dengan selimut, popcorn, soft drink dan setumpuk DVD. Siang telah berlalu dan sore kini menjelang, Niall memeluk tubuhku ,kekasihku yang telah mendampingi hidupku sejak dua tahun belakangan ini,dan menyandarkan dagunya pada bahuku, seolah tak akan pernah ingin dipisahkan.

“I love you so much. You’re like an ecstasy, and I’m overdose.” ucap Niall

Aku tersenyum dengan rona merah pada pipiku. Tetapi sebelum aku sempat membalas ucapan Niall, pintu apartemen menjeblak terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Sedetik kemudian, muncul sosok pemuda berambut cokelat gelap ikal, disusul dengan yang berambut hitam legam kemudian di belakangnya muncul lagi dua pemuda berambut cokelat kacang. Yes, they are Harry, Zayn, Liam and Louis..

“Hey massive lazy couple,” Harry datang dengan wajah ceria.

“Don’t you say that you guys spend all the day with a tons of DVD and cuddle up on couch..” Niall melemparnya dengan sebutir popcorn.

“Haha! Unfortunately, that’s pretty rite.” Harry menangkap popcorn yang dilempar Niall dengan mudah, kemudian memasukannya ke dalam mulutnya.

“By the way Al , how are you today? You will go to the hospital tonight?” tanya Harry

“Yeah we’re here to support you.” Liam menyambung kalimat Harry.

Aku tersenyum simpul, memandang pada empat sahabat terbaikku itu.

“Yeah it will be my.. twenty first time? Or twenty third, maybe? Hah, I don’t even count that anymore..” Kalian semua tertawa.

Tetapi jauh dalam hatiku, aku bertanya-tanya.. Kapan semua ini akan berakhir? Operasi setiap bulannya, minum obat agar rambut diepalaku tak berguguran. Berapa lama lagi aku akan hidup? Beberapa jam ke depan kita habiskan dengan memasak dan menonton The Dark Knight Rises, film favorit kita berenam. Hingga akhirnya malam menggantung di langit, aku harus bersiap-siap berkemas menuju rumah sakit untuk operasi. Orang tuaku dalam perjalanan ke sana, menemaniku melewati semuanya seperti biasa. Harry bangkit berdiri dari sofa.

“Well Al , we have to go to do an interview. And Niall, join us as soon as possible. It won’t take a long time.” Ujarnya padaku dan Niall.

“We will visit you tomorrow with Perrie, El and Dani,” Zayn mengambil jaketnya, disusul dengan yang lain,

“Good luck babe!” Kemudian Louis memelukku

“Yeah, we love you Alia! Good luck. See you tomorrow.” Keempat sahabat lelaki itupun bergantian mengucap salam, memelukku dan berjanji akan datang menjengukku besok. Kemudian mereka meninggalkan apartemenku dan aku bersiap-siap menuju rumah sakit.

Hujan turun membasahi London pada malam itu. Aku duduk nyaman di dalam mobil sementara Niall memegang kemudi. Kalian berdua terdiam, menunggu satu sama lain untuk mengucap kata.

“Princess..” panggil Niall

“Yes, babe?”

“Are you alright?” Aku hanya tertawa kecil,

“Yes of course. Ini hanya operasi klep jantung biasa, Nialler… Bukan operasi besar, apalagi pencangkokan jantung..”

“Kapan kira-kira kamu akan mendapatkan donor?” Raut wajahku berubah muram,

“I don’t know.. Maybe someday.” Jawabku singkat.

Bertahun-tahun aku menunggu untuk mendapatkan donor, tetapi sampai sekarang hasilnya masih nihil. Hanya itu satu-satunya cara untuk memulihkanku. Selama aku belum mendapat donor untuk operasi cangkok jantung, aku tak akan pernah sembuh.

“Yeah, Princess.. I believe one day you’ll be healthy as everyone else. I will always be by your side. I won’t go anywhere. I promise, Princess..” Niall berkata lirih dengan senyum khasnya. Senyum yang selalu membuatku tergila-gila.

Bentley yang dikemudikan Niall berhenti pada lobby rumah sakit yang sangat familiar denganku. Aku melihat kedua orang tuaku berdiri di dekat meja front office, menunggu kehadiranku.

“I gotta go for a while to do a short interview.” Ujar Niall sembari menghela nafas. Aku mengangkat bahu,

“Okay, no problem.” Niall menggenggam tanganku, kemudian membawaku pada pelukannya. Ia tahu kalau aku sangat suka dipeluk, dan ia selalu mencoba melakukannya sesering mungkin. Bagiku, tak ada tempat yang lebih nyaman dibanding berada dalam pelukan Irish leprechaun-ku.

“You will survive, Princess.. You will life until you get very very old. We will make a good family..” Setengah heran, tetapi aku hanya mendekap Niall-ku lebih erat lagi,

“Yes babe, I will, we will. I love you.” Nafas Niall berhembus hangat di tengkukku,

“I have a surprise for you. But you have to do your surgery first,” suara kekasih pirangku berubah menjadi sebuah bisikan, “Aku akan menjadi orang pertama yang kau temui ketika kau bangun besok, as usual Princess.. And I will bring the surprise.” Aku menjadi penasaran, tetapi rupanya aku menikmati rasa penasaran tersebut sehingga kau enggaan mendesak Niall untuk membeberkan rencananya,

“Well, Prince.. Promise me?”

“I promise babe.” Kemudian Niall mendekatkan wajahnya pada wajahku, menciumku tepat di bibir untuk beberapa saat.

“Well, masuklah ke sana. Aku akan menyusulmu nanti, Princess..” Aku mengangguk, kemudian mengambil tasku dan membuka pintu mobil.

“Princess..” Aku berbalik,

“Yes, Nialler?”

“I really love you.” ucap Niall singkat

-

-

-


***Niall Horan***

Aku mengemudikan Bentleyku dengan kecepatan sedang. Hujan belum kunjung reda, namun kabut mulai menipis. Aku kini berada dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah selesai dengan beberapa interview mendadak dari sebuah stasiun radio. Kota London mulai sepi, mengingat ini hampir tengah malam. Operasi tunanganku akan berlangsung kira-kira satu jam dari sekarang dan aku telah memperkirakan akan datang tepat waktu. Tanganku merogoh saku jaket. Aku menggenggam kotak kecil berbahan beludru yang telahku persiapkan jauh-jauh hari. Besok adalah saatnya. Aku mencintainya sebegitu dalam, walaupun aku tahu kalau kekasihku itu sangat ringkih dan lemah. Tetapi hal itulah yang membuatku jatuh cinta. Bagaimana bisa aku melupakan sepasang mata bersinar yang selalu memancarkan kekuatan besar dibalik penyakit berbahaya yang membayanginya?I  loves her, so damn much.. Akupun meraih BlackBerryku, membuka menu message dan mengetik pesan singkat. Ketika mataku sedang terpaku pada layar telepon genggam, tak sadar mobilku melaju menerobos lampu merah. “Shit, shit!” Dan dalam tempo waktu bersamaan, sebuah truk besar datang dari arah samping. Aku menginjak pedal rem sedalam-dalamnya, namun naas sekali segalanya telah terlambat. Bunyi klakson truk dan Bentley-ku membahana, kemudian sepersekian detik selanjutnya, bunyi hantaman memekakkan telinga antara dua buah material sama keras membelah malam dan hujan. Bentley-ku terhempas begitu saja sejauh beberapa puluh meter. Bunyi tubrukan antara logam dan aspal yang menyayat hati berkali-kali terdengar sebelum akhirnya mobilku teronggok mengerikan di pinggir jalan. Teriakan beberapa orang terdengarditelingaku, meminta pertolongan kepada siapapun.

“Hey!! Is he still alive?”

“He’s still breathing!”

“Hold on, Kid! Please hold on!”

“Damn! His body stuck between the dashboard and seat!”

“Holy shit, he’s bleeding! So freakin much!”

Selanjutnya bunyi sirene ambulans menyusul. Orang-orang segera mengangkat tubuh tak berdayaku setelah menariknya paksa dari jepitan dashboard, air bag dan jok mobil.Lalu detik berikutnya, bau obat-obatan di dalam ambulans adalah hal terakhir yang aku rasakan.

‘Good luck for your surgery. I’ll be there as soon as possible. I love you forever and always princess xx’ His message was still waiting to be sent on Niall' BlackBerry
***

“Mom, where’s Niall? He said he would be here before my surgery.” Aku bertanya pada ibuku dengan setengah kesal,

“I was trying to call him but there’s no answer.” Ibuku hanya mengangkat bahu,

“I don’t know. Maybe he’s on his way, Sweetie..” Seorang dokter dan beberapa suster memasuki kamar rawatku. Ini berarti operasimu akan segera dimulai.

“No, no.. Can you delay my surgery? Just for a few minutes.. I’m still waiting for someone.” Tukasku pada tim dokter yang akan mengoperasiku. Mereka hanya mengangguk, dan kemudian meninggalkan kamarku.

“Damn, Nialler! Where are you?” aku mengumpat pada layar telepon genggamku saat operator telepon yang menjawab panggilanku, not your Nialler. Pintu kamarku dibuka lagi, kali ini ayahku yang muncul,

“Hey, I wanna talk to you about something.” Ujarnya kepada ibu.

Kemudian tanpa berkata apa-apa mereka keluar kamar, meninggalkanku sendirian yang masih sibuk dengan rasa kesalku.

-

-
***

“Niall kecelakaan…” Wanita paruh baya tersebut terperanjat mendengar pernyataan suaminya. Matanya membesar,

“Then?”

 “A truck hit his car. They can’t help him.. He’s dead.” Wanita tersebut tak merespon, di wajahnya hanya tergambar keterkejutan yang amat sangat, seperti langit runtuh. Tubuhnya merosot, terduduk pada kursi di ruang tunggu. Niall? Bagaimana bisa?

“Dia meninggal saat perjalanan ke rumah sakit,” pria tadi melanjutkan ucapannya, “And you know what? Nurses in the ambulance said that..” nadanya berubah, lirih sekali, “Niall’s last word was.. ‘If he was dead, gave his heart to Alia. He loved her so much.”

Ada hening yang sangat panjang, sebelum wanita tersebut pecah dalam tangis

“You must be kidding me! How could… Oh my God, Niall! I can’t believe it!” ucap Ibu

“Yeah, yeah.. Me too. He’s too young, talented, and.. He loves our daughter, so does she..” ujar sang pria sembari memeluk istrinya. Masih dalam tangisan memilukan, wanita tersebut bertanya,

“Lalu, bagaimana?” “Orang tua Niall tahu tentang hal ini. Mereka dalam perjalanan dari Mullingar menuju London. Dan mereka setuju untuk memberikan jantung Niall pada Alia. You know, his parents love Alia so much.. Niall’s mother crying so hard.. Oh my God..” terang pria tersebut, berusaha menyembunyikan dukanya,

“Niall ada di rumah sakit ini, jantungnya telah diambil dan golongan darahnya cocok. Tim dokter pencangkokan jantung dalam perjalanan ke sini. Kondisi Alia dinyatakan prima untuk menjalani operasi besar ini.” Wanita tersebut hanya diam, menangis pilu. Tak membayangkan reaksi anaknya jika tahu tentang hal ini. Semuanya akan menjadi sangat sulit. Kemudian, derap langkah terburu-buru terdengar. Zayn, Harry, Liam dan Louis tergopoh-gopoh menghampiri pasangan paruh baya tersebut.

“Is Niall.. Is Niall…” Louis bertanya panik, tak ada lagi ekspresi jenaka pada wajahnya. Hanya kengerian dan ketakutan yang amat sangat, sementara sang pria baya hanya mengangguk dan memeluk pemuda bermata cokelat tersebut. Detik berikutnya, empat pria muda tersebut jatuh dalam tangis. Tangis yang paling pilu semenjak mereka tergabung dalam sebuah keluarga
***

-

-

-
“They can’t wait anymore..” Aku hanya menatap kesal pada telepon genggamku, kemudian gantian memandang ayah.


“Well, well.. Let say Niall got a massive discount in Nandos and now he’s spending his time there. Very funny.” Ayah hanya menatapku pilu.

“Okay, love? Good luck. I love you.” Aku membaca kekhawatiran dan kesedihan mendalam di mata ayahku,

“Oh c’mon dad, just a little surgery. I’m not the first-timer.. Where’s mom, by the way?”

“Yeah not a huge surgery..” ayah berusaha keras menutupinya,

“Your mom is talking with the doctor.”

“Well done, well done..” Suara tim dokter berbisik di dalam ruangan operasi. Operasi beberapa belas jam itu berhasil dilakukan, yah operasi biasa bukan pencakokan jantung, dan besok aku akan bertemu dengan Niall. Ya! Itu pasti! Dia sudah berjanji akan memberikan surprise padaku.


-------Four days later.. --------

“Hey! You’re finally awake!” Aku merasa begitu lelah, tubuhku kaku, tetapi aku tak pernah merasa sesehat ini sebelumnya. Suara husky Zayn menyadarkanku dengan cepat.

“Hello Zayn..” ujarku lirih, “Where’s Niall? Where’s my mom and dad? Where’s the other lads?” Zayn menggigit bibirnya kebiasaannya ketika ia panik dan nervous,

“Uh, emm.. The other lads are going to get their brunch. Your parents are talking to the doctor.”

“And Niall? Where’s that Irish bastard?” Kini Zayn mengacak rambutnya, makin panik,

“Uh, Niall.. He went to.. Mullingar! Yeah, he went to Mullingar yesterday..”

“WHAT? MULLINGAR? He promised me that he would be the first person I saw when I opened my eyes..” dan memberiku kejutan, tentu saja.

“Err.. I don’t know.. Really.” Tukas Zayn cepat, “Are you feeling great now?” Aku mengacuhkan Zayn dan meraih telepon genggamku untuk menghubungi Niall, tetapi ketika aku melihat tanggal dan hari yang tercantum, aku terperangah.

“Zayn! Today is Sunday!” “Yeah rite. Why?”

“God! I supposed to wake up at Thursday! I slept for 4 days! Something’s wrong here!” Zayn makin panik,

“Err.. Why did you ask me? I don’t know anything babe..” Kemudian pintu kamarku dibuka dan tiga sosok pemuda serta tiga perempuan menghambur ke arahku, menghujaniku dengan pelukan. All the rest of the lads are here, except your lovely Nialler..

“Hello El, Perrie, Dani, Liam, Louis, Hazza..”

“Hi Alia! How are you?” Eleanor mengusap rambutku dengan senyum.

“I’m feeling so damn great and healthy..” jawabku pendek,

“Guys, where’s Niall? He went back to Mullingar? Is he kidding me?” Pertanyaanku dijawab dengan keheningan.

“Why did he left me and break his promise? He supposed to be here when I woke up! He said he had a surprise for me!” kalimatku berurut panjang, mengabsen kekecewaanku pada pria pirang yang ku cintai. Tak ada jawaban, hanya Danielle dan Eleanor yang keluar dari kamar tanpa permisi. Harry berdeham,

“Err.. Ehm, Al.. Niall was..” ucap Harry

“Sweetie?” Ucapan Harry dipotong oleh suara ibu dan ayah yang tiba-tiba memasuki kamarku.

“Tell me the truth.. Where’s Niall?” kekecewaan dan kekhawatiranku tak bisa disembunyikan,

“Mom, Dad.. Where’s Niall?” Ada jeda panjang yang diisi oleh keheningan. Ibumu mulai terisak. Aku mencium ada sesuatu yang tidak beres,

“Mom, why did I sleep for 4 days? It supposed to be only a day..”

“Alia.. listen to us.” Akhirnya ayah angkat bicara.

“Yeah I’m currently listening to you.”

“Niall isn’t here.” ucap Ayah

“I know, he’s in Mullingar. Isn’t he?” Ayah mengangguk,

“Yeah..” Semua tertunduk, kini giliran Perrie yang keluar kamar, menahan tangis. Aku heran, jelas sekali ada sesuatu yang salah di sini.

“Damn, what happened? Why all the girls cried?” tukasku. Kemudian ibu menghampiriku, memelukku erat sembari ayah memberikan penjelasan.

“His body is in Mullingar.. Lay down forever there..” Semakin tak mengerti, aku mulai histeris,

“WHAT?!”

“When Niall drove his car to back to this hospital, he had a car accident..” Aku terperanjat, merasa duniaku hancur saat itu juga.

“Then…” kalimatnya tertahan di tenggorokan,

“He’s dead..” Lagi, aku hanya terdiam. Tubuhku mendadak kaku, dan buliran-buliran air mata membasahi pipiku. Pikiranku kosong, seperti dirampas tiba-tiba. Aku tak bisa berpikir, berbicara, atau bahkan bergerak. Aku pasti hanya bermimpi.. Mungkin ini adalah salah satu dari rencana Niall untuk mengejutkanku.. Ya, pasti begitu.. Niall tak mungkin pergi meninggalkanku.. Apalagi untuk selamanya..

“And the nurses in the ambulance said..” ayah menarik nafas panjang, suaranya hanya menjadi sekilas bisikan,

“Niall last word was.. Commanded to gave you his heart..” Air mataku mengalir deras, sangat deras. Aku merasa seperti ada palu besar yang menghantamku tepat di dada. Sakit, sangat sangat sakit.

“You lie!” aku mulai menangis,

“Niall said.. He would never leave me.. He would always be with me..” kalimatmu mengalir pilu, “And you know? NIALL HORAN NEVER BREAKS HIS PROMISE!”

Ibu memelukku erat, begitu juga dengan Zayn, Liam, Harry dan Louis. Saat itu juga aku sadar kalau mereka tak berbohong. Louis tak bisa pura-pura menangis, begitu pula Zayn, Harry dan Liam. Tetapi kini aku melihat mereka pun menitikan air mata pilu. Aku berontak, berusaha menangis sejadi-jadinya dan memukul-mukul dadaku, berharap aku akan jatuh pingsan seperti biasanya jika kau merasa terlalu marah atau sedih. Tetapi semuanya nihil, jantung Niall dalam diriku bekerja terlalu baik.

“I DON’T NEED HIS HEART!! ALL I NEED IS HIM!” teriakku

“We know.. We know, Al.. We need him too..” suara Liam terdengar pecah,

“But that already happened..”

“BULLSHIT!! HE SAID HE WOULD BE HERE AND GAVE ME A SURPRISE!” aku berteriak, masih berharap kau akan jatuh pingsan dan terbangun dengan Niall berada di sisiku dengan lengannya yang memelukku erat seperti biasanya,

“I DON’T NEED A SURPRISE LIKE THIS HORAN!” aku tak pernah membayangkan akan kehilangan Nialler-ku, tak pernah sedetikpun. Yang aku takutkan selama ini adalah aku yang akan meninggalkannya karena penyakitku, bukan sebaliknya. Kini aku tak akan pernah lagi mendengar sebutan ‘Princess’ yang sangat aku sukai, atau menghabiskan waktu dengan bersandar pada dada bidangnya sembari bercerita tentang hari-hari yang kalian lewati.

“Nialler.. You’re a liar.. WHY DID YOU LEAVE ME? YOU’RE A FUCKIN BASTARD! ”

Aku begitu mencintai pemuda pirang Irlandia-ku. Aku menyukai caranya tertawa, menyukai kejutan-kejutan kecilnya, menyukai caranya menciumku atau caranya bermain dengan rambutku. Dia selalu bilang bahwa aku begitu wangi, itu sebabnya ia selalu memelukku. Aku masih ingat saat terakhir aku bertemu dengan Niall-ku, bagaimana ia memelukku, bagaimana ia mengecupku, bagaimana ia memanggilku princess, dan bagaimana caranya berkata kalau dia mencintaiku. Ayah kemudian menghampiriku, dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, ia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah.

“They found this in Niall’s pocket..” ayah meletakannya di telapak tanganku yang gemetar hebat,

“I guess.. That’s the surprise.. I’m so sorry sweetie..” Aku menggenggamnya dan kemudian dengan tanganmu yang lemah dan gemetar aku membukanya.

Adalah sebuah cincin perak dengan berlian berwarna kebiru-biruan yang berkilau indah---mengingatkanku pada warna mata Niall-ku, mata yang membuatku tak pernah bisa melupakannya sejak pertama bertemu. Di dalamnya terukir halus sebuah frasa sederhana---membuat tangisku semakin pecah.Nialler you're my super hero ,,thank you for your heart ,,I will safe it ,, Love you always Niall

THE END ---------


*maaf kalo bhs inggrisnya ada yang ngaco, maklum orang jawa bukan orang sono :D*

Apr 8, 2016

Short Story: Who?

  

 "mbak mau pesan apa?"
tanya waiter itu dengan muka jengkel ke mejaku.

   "maaf mbak, saya masih nunggu seseorang"jawabku padanya,

sudah tiga kali aku menjawab dengan jawaban yang sama pada waiter ini.
Mungkin dia jengkel karena aku tak kunjung memesan makanan, akhirnya dia pergi lagi menginggalkanku.

Hampir semua orang yang ada direstoran mengamatiku, memandangku dengan muka kasihan.
Tenang saja.. aku sedang tak menunggu pacar ataupun gebetan

Tapi menunggu temanku, aku melihat pintu masuk, beberapa anak remaja datang, 2 cewek dengan celana pendek yang sama, dengan atasan jaket tebal berbulu yang sebagian menutup leher dan pergelangan tangan, namun dibagian dada dan lengan atas terlihat jelas tubuh putih mereka. Aduhh.. pakaian model apa itu? gak menutup aurat sama sekali.

Dan dibelakangnya diikuti 3 cowok dengan celana chino dan atasan kemeja, ada satu cowok yang tak asing bagiku,
sepertinya.. aku mengenalinya. dia memakai hoodie hijau tua, yang bentuk jaketnya sama seperti punyaku.

Saat rombongan remaja itu melewati mejaku, dia melihatku dan aku melihatnya, dia duduk dimeja yang tak begitu jauh dariku, saat dimeja pun dia masih melihatku, padahal cewek memakai hotpants disebelahnya daritadi ngajak ngomong dia mulu, lalu meraba raba badan cowo itu.

Aku kira.. itu pasti pacarnya

Ahh daripada memikirkan orang lain, aku memikirkan diriku sendiri. Daritadi orang yang kutunggu
tak kunjung datang. Mau tak mau aku memesan makanan duluan. Aku segera memanggil waiter dan memesan beberapa french fries

Tak lama kemudian beberapa remaja itu mulai makan makan, ngobrol bercanda tawa, foto foto.. yah mereka berisik sekali, namun cuma cowo itu saja yang nampak diam dan beberapa kali melihat kearahku. Yaa bukannya GR sih..
tapi emang kenyataannya begitu.

Akhirnya bebeerapa remaja itu membayar makanan mereka dan pergi keluar restoran, begitupun aku. Aku mengikuti mereka sampai diparkiran, tiba tiba hp ku berdering

   "hallo"
   "sorry al sorry, gue gak bisa kesana"
   "kenapa lo ga dateng?"
   "gue ada acara mendadak ini, sorry ya"
   "yaudah gapapa ini juga gue mau pulang"
   "lo naik apa?"
   "paling grabcar"
   "gak usah, nanti gue suruh temen gue buat jemput lo"
   "temen lo? udah ga us.."
   "udah ya gue buru buru bye"
   "tapi, tung-"


tut tut tut

Telepon langsung diputus sama dia, kampret.. kalo kaya gini mau gak mau aku musti nunggu temennya itu

Aku berjalan ke taman dipinggir parkiran. Sambil melihat beberapa remaja itu masih mengobrol diatas motor, dan cowok itu ngobrol mesra dengan cewek memakai hotpants itu, ahh mesra banget mereka, cowok itu mengecup kening si cewek dan ngobrol mesra lagi, lalu menoleh kearahku.

Tau kalo aku sedari tadi ngeliatin dia, aku langsung pura pura mengecek hp ku.
duhh malu banget ih, ketauan kan kalo daritadi aku ngeliatin dia.. sebenernya siapa sih cowo ini kayaknya aku kenal?

Lalu beberapa remaja itu pergi dengan motor mereka masing masing, namun anehnya cewe itu gak boncengan sama si cowok, tapi sama cowo lain. Dan kini cowok itu nyamperin aku dengan scorpionya.

   "yuk gue anterin" kata dia sambil melepas helmnya.
   "lo temennya-"
   "iya, ayok cepetan ah"
belum selesai aku ngomong dia langsung mengajakku.

Aku kira cowok ini temennya yang jemput aku, tanpa pikir panjang aku langsung naik keatas motornya.
Lalu jalan keluar dari restoran itu.

Selama diatas motor sama dia aku gak berani ngobrol sama dia, dia juga masih aja ngeliatin aku dari kaca spion.
Karena saking keponya, aku memberanikan nanyain ke dia.

   "apa.. gue kenal sama lo?" tanyaku
   "menrut lo?" dia malah nanya balik
   "lo kenal sama gue?" tanyaku lagi
   "enggak"

Jawaban singkat, padat dan dingin. Ah males gue ngomong ama cowok kayak gini, udah cuek sok ganteng pula, yaa emang lumayan ganteng sih.. mungkin dia jaga jarak sama gue, karena dia kan udah punya pacar, cewek yang pake hotpants itu mungkin....

   "tapi gue kenal lo di twitter" kata dia
   "twitter? kita pernah mentionan?"
   "enggak"
   "terus?"
   "gue suka liatin status2 lo di twitter"

 

   "lo.. stalking gue?"

dia langsung menoleh kearahku, dan jarak antar muka kita makin dekat. upss, aku langsung duduk menjauh dari dia, lalu motor kehilangan keseimbangannya hampir menabrak mobil dipinggir jalan, secara reflek tanganku memeluk perutnya erat, dan motor berhasil dia kendalikan lagi.

Huftt untungnya, aku kira akan menabrak mobil itu.

   "e.. maaf-" kata dia pelan

Aku langsung melepas tanganku dari perutnya, dan duduk menjauh dari punggungnya.

   "maaf maaf, tadi gak sengaja, sorry" kataku

Dia menoleh lagi kearahku.

   "bukan itu, maksud gue maaf udah stalking twitter lo" kata dia

   "hah? ng.. ya gapapa kok"
   "dan lo, gapapa kok pegangan ke gue, nanti jatoh loh"
   "eng.. enggak ah gak enak gue"
   "gak enak sama siapa?"
   "sama pacar lo"
   "pacar?"


dia berpikir sejenak

   "ohh, cewek yang tadi direstoran yah?"
   "iya.."
   "itu bukan pacar gue"
   "tapi kok mesra banget?"
   "itu mantan gue"


glek! mampus gue malu banget! nanyain orang lain kayak gitu. duhhh shit!

tiba tiba hpku berdering, aku mengangkatnya.

   "halo al lo dimana ?!"
   "gue dijalan ini" kataku
   "lo naik angkot?!"
   "enggak, gue sama temen lo kok"
   "ngaco! dari tadi temen gue nungguin lo didepan restoran ini! lo malah udah balik! sue lo"
   "ih beneran gue udah ama temen l-"
   "yaudah yaudah tar gue suruh temen gue pulang aja bye"
   "eh tung-"

tut tut tut

   "kebiasaan ih!" dumelku kesal.

aku langsung menutup hp ku dan menaruhnya disaku... kalo misalkan temennya dia sekarang lagi direstoran buat jemput gue... terus ini gue lagi dijalan sama siapa dong?

   "kenapa al?" tanya dia sambil menoleh kearahku lagi. Dia tau nama gue? apa.. twitter?

aku melihatnya dengan muka bingung

   "sebenernya lo siapa sih?!"
   "lo bukan temennya temen gue yang mau jemput gue kan?! lo siapa?"

belum dia menjawab pertanyaanku, dia langsung membawa motor dengan kecepatan kilat! menyelip beberapa mobil motor dan truk dengan cepat seperti pembalap, mau tak mau aku memegang perutnya.

   "stop! stop! apa apaan sih! berhenti! Lo mau bawa gue kemana?!!"

berkali kali aku teriak seperti itu, namun tetap saja dia tak menghiraukan aku.

saat ia membawa motor dengan kecepatan kilat ,kami bertemu beberapa anak remaja yang tadi ada direstoran menggunakan motor yang mereka bawa,
mereka mengejar kami dan berhasil menghentikan motor kami.

akhirnya motor berhenti dipinggir jalan, aku dan dia turun dari motor,beberapa remaja itu juga turun dari motor saling bertanya dan cewek yang memakai hotpants atau mantannya si cowok itu turun dari motor dan dateng nyamperin aku.

   "siapa lo?! berani banget boncengan sama cowo gue?!!" bentak dia padaku.

Aku bingung tak menjawab pertanyaannya. Dia memperhatikan penampilanku dari bawah sampai atas.
   "lo cewek jones yang sendirian direstoran tadi kan?!"

Beberapa remaja tadi menganguk dan saling membisikan sesuatu ketemannya, pasti mereka membicarakanku tadi direstoran. Dan memanggilku dengan sebutan menyakitkan itu. ckck

   "jawab! lo ngapain boncengan sama cowo gue!lo siapanya?!"

Aku melihat ke cowok tersebut, dan dia juga melihat kearahku. Lalu aku kembali menatap ke cewek itu.

   "gue gak tau kenapa gue boncengan sama cowok lo"
aku melihat lagi kearah cowo tersebut kini dia berjalan kearah kami berdua

   "Bahkan gue gak tau namanya siapa!" kataku sambil menunjuk kearah cowok tersebut.

   "Bohong! mana mungkin lo gak kenal sama cowok gue kalo gak boncengan" bentaknya sambil nunjuk nunjuk kemuka aku.
   "kenapa gak lo tanya aja sama dia?!"
   "ah kebanyakan bacot lo!"



Dia hendak melayangkan tangannya kearah pipiku, namun ditangkis oleh cowo tersebut.

  "cukup nad!" kata cowok itu.

  "bener kata alia, dia gak kenal sama gue!" cowok itu mendekat kearahku.
  "jadi lo tau nama cewek ini?! oh pantes aja direstoran tadi lo liatin dia terus"
  "...." cowok itu diam tak menjawab.
  "sejak kapan lo kenal sama cewe ini?!"
  "baru tadi gue kenal sama dia, tapi gue udah tau dia dari dulu"
  "maksud lo apasih?! gue gak ngerti sama apa yang lo omongin!"
  "bukan urusan lo! lagian lo bukan siapa siapa gue"
  "tapi gue sayang sama lo!"
kata cewek itu sambil memegang tangan si cowok.
  "kita udah putus!"

aku bener bener bingung sama kejadian ini, tanpa permisi aku langsung pergi meninggalkan mereka.

   "al tunggu al!"

cowok itu datang menghampiri aku, dan memegang tanganku.

   "ih apaan si! sebenernya lo tuh siapa?!"

cowok itu merunduk, melepas tanganku dan

   "sebenernya gue..."


















*
*
*

Dan brakkk, tiang penyangga selang infus gue jatoh, akhirnya gue bangun dari tempat tidur, pas gue liat seisi kamar gue kok beda, ternyata gue ada dirumah sakit dengan
tangan penuh perban diinfus. Ohh iya, gue kan kena dbd, dan tadi.. berati mimpi yak?!
wkwkwk
mimpi kalo lagi sakit tuh emang aneh aneh deh, beneran semalem gue mimpi kaya gitu persis.

ngeekkk... pintu kebuka, ternyata nyokap sama ade gue dateng bawa makanan.. duh gue pengen tidur lagi, ngelanjutin mimpi itu, penasaran gue sama kelanjutannya wkwkwk.