Selamat datang para jones yang haus akan cerita baper ^^

Oct 27, 2017

Remembering Sunday




She woke up from dreaming and put on her shoes
Starting making her way past 2 in the morning
she hasn't been sober for days

Leaning now into the breeze
Remembering Sunday, she falls to her knees
They had breakfast together
But two eggs don't last
Like the feeling of what she needs

Now this place is familiar to her
he pulled on her hand with a devilish grin
he led her upstairs, he led me upstairs
Left her dying to get in

Forgive me, I'm trying to find
My calling, I'm calling at night
I don't mean to be a bother,
But have you seen this man?
he's been running through my dreams
And it's driving me crazy, it seems
I'm going to ask him to meet me

Even though he doesn't believe in love,
she's determined to call his bluff
Who could deny these butterflies?
They're filling her gut

Waking the neighbors, unfamiliar faces
she pleads though she tries
But she's only denied
Now she's dying to get inside

Forgive me, I'm trying to find
kutelfon sepanjang malam
bukan bermaksud tuk mengganggu
But have you seen this man?
he's been running through my dreams
dan membuatku jadi gila
I'm going to ask him to meet me

his parents said he moved away
Funny how it rained all day
I didn't think much of it then
But it's starting to all make sense
Oh, I can see now that all of these clouds
Are following me in my desperate endeavor
To find my whoever, whoever he may be


you're not coming back (forgive me)
you've done something so terrible
you terrified to speak (I'm not calling, I'm not calling)
But i'm expect that from you
you mixed up, you'll be blunt, now the rain is just (You're driving me crazy, I'm)
Washing me out of your hair and out of your mind
Keeping an eye on the world,
From so many thousands of feet off the ground, you over me now
you at home in the clouds, and towering over my head


"Well I guess I'll go home now...
I guess I'll go home now...
I guess I'll go home now...


Sep 20, 2017

Tanpa perayaan



Rekan, sahabat dan kekasih
Dalam satu raga
Sesal melepasmu
Kupikir?

Kala merona seperti senja
Kini senyum jadi gigil
Jemari terasa hangat
Pudar saat meraba

Enam tahun bersama
Pada tanggal yang sama
Tak ada perayaan bahkan ucapan
Seperti kesibukanku dua tahun lalu
Merayakan yang sia-sia

Tatapanmu tak lagi sama
Tempatku bersandar tak lagi sama
Kemana kamu?
Kutampar diriku sekali lagi
Kita tak berjarak, kita satu kota
Aku kehilangan namun didepan mata

Kurasa bahumu tak lagi nyaman
Karena dua pria berseragam
Memberiku sandaran


Jun 15, 2017

Bagaimana Kesehatan Mental Kecemasan Siswa dan Mengatasinya


        Selamat sore semuanya, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang beragama islam, semoga puasanya lancar yaaa amin. Oke, sudah lama nih aku gak sharing-sharing lagi di blog ini, kali ini aku mau membahas suatu hal yang berbeda. Biasanya kan aku bikin cerpen, curhat dan sebagainya, nah dalam postingan ini aku mau share tentang sebuah artikel yang didalamnya pasti pernah kalian alamin sebelumnya. Baiklah, tanpa ba bi bu lagi kita langsung aja bahas, check this out!




      Kalian pasti pernah kan ngerasain yang namanya cemas dan takut ketika kalian pengen ujian gitu. Iyalah jelas, karena kecemasan itu merupakan suatu perasaan yang sering kita alamin dalam keadaan tertentu. Akan tetapi kecemasan juga merupakan reaksi normal kok, apabila kejadian ersebut tidak berlangsung lama. 
Menurut Hawari (2006: 18) kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Ada orang yang tidak tahan menghadapi masalah kecil akan timbul kecemasan, tetapi ada juga orang yang menghadapi tekanan dan konflik hidup yang berat tanpa menimbulkan kecemasan apapun. Respon fisik terhadap ancaman yang sama bisa berbeda, pengalaman memberikan pengaruh terhadap bentuk respon. Rasa cemas umumnya terjadi pada saat ada kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal.Misalnya, ketika menghadapi ujian atau tes, dan sebagainya.
Ada beberapa faktor pemicu timbulnya kecemasan pada siswa
1.       Faktor kurikulum: seperti target kurikulum yang terlalu tinggi, pembelajaran yang kurang kondusif, pemberian tugas yang sangat padat, serta penilaian yang begitu ketat pengawasnya
2.       Faktor guru: sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat, galak, kurang berkompeten
3.       Faktor manajemen sekolah: penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, sekolah kurang nyaman, sarana dan prasarana yang kurang
4.       Faktor masa depan
5.       Faktor persaingan

Ujian nasional seringkali ditanggapi sebagai beban oleh para siswa khususnya mereka yang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Siswa menyiapkan diri baik fisik maupun non fisik agar mereka terhindar dari kegagalan dalam Ujian nasional Kegagalan dalam Ujian nasional berdampak, siswaakan merasamemikul beban moral seperti rasa malu, canggung, minder dan menghindari pergaulan yang pada akhirnya mereka akan kehilangan rasa percaya diri. Perasaan takut gagal tersebut dapat menjadi beban yang menyebabkan para siswa memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Kecemasan ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis mereka yang akan mengganggu aktivitas mereka sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
 Apa kaitannya dengan kesehatan mental seseorang dengan kecemasan?
Secara etimologis, Mental Hygiene berasal dari kata mental dan hygiene. Kata “mental” berasal dari kata latin “mens” atau “mentis” artinya jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dalam bahasa Yunani, kata hygiene berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental). Mental hygiene sering disebut pula psiko-hygiene. (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono (2000: 3), mental hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya ganggUN/penyakit mental dan ganggUN emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa.
Definisi di atas menunjukkan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatanhygiene mental.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental dalam perspektif psikologi dapat dipahami dari definisi-definisi berikut :
a.    Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).
b.    Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
c.    Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
d.    Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa (Darajat, 1994:11-14).

Kecemasan yang dialami siswa termasuk jenis kecemasan neurotic yaitu kecemasan yang disebabkan rasa takut jangan-jangan insting-insting (dorongan id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotic bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan. Siswa cemas apabila tidak bisa mendapatkan nilai yang maksimal maka siswa akan mendapatkan hukuman dari orang tua. 
Sebab orang tua menuntut siswa supaya mendapatkan nilai yang maksimal dan berprestasi di sekolah.Mengingat keceasan berdampak negative terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu adanya upaya-upaya tertentu untuk mengatasi kecemasan siswa menghadapi ujian ataupun tes, sekolah perlu menyediakan layanan konseling bagi siswa yang mengalami kecemasan dalam mengikuti ujian nasional disekolah.
Implikasi kesehatan mental seseorang terhadap UN
Berangkat dari telaah yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, menjadi penting dicari titik temu dan relevansi yang mampu mewujudkan satu misi dari dua bidang berbeda antara tujuan kesehatan mental pada satu sisi dan fungsi/tujuan pendidikan pada sisi yang lain. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, menegaskan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampUN dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Konsep pendidikan yang tertuang pada pasal 1, ayat 1:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dari paparan pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut terbaca jelas memiliki relevansi dan singkron dengan karakteristik kesehatan mental sebagaimana telah diurai sebelumnya. Dengan kata lain, apa yang menjadi cita-cita pendidikan nasional bermuara pada apa yang menjadi kriteria kesehatan mental dan begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian implikasi kesehatan mental siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan dapat ditegaskan:pertama, bahwa dalam penyelenggaran pendidikan (baca:formal) pada setiap satuan pendidikan di Indonesia seharusnya mendesain visi, misi dan tujuannya yang secara simultan mampu membentuk peserta didik yang bermental sehat sebagaimana tujuan pendidikan nasional tersebut. Kedua, seluruh warga sekolah seharusnya secara kompak melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindaklanjut secara konsisten demi mencapai tujuan pendidikan nasional dan kriteria kesehatan mental tersebut. Ketiga, setiap satuan pendidikan seharusnya memberdayakan program-program pengembangan diri, bimbingan konseling, dan sejenisnya sebagai media yang sangat efektif untuk pembinaan potensi peserta didik sesuai minat-bakat dan pencegahan dini sekaligus tindakan terhadap penyimpangan, gaggUN/sakit mental yang dialami peserta didik.
lebih jauh lagi menurut penulis, bahwa kesehatan mental memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesiapan dan hasil UN seorang siswa. mereka yang memiliki kesehatan mental yang bagus akan sanggup mengerjakan soal-soal ujian dengan mudah, namun sebaliknya bagi mereka yang mentalnya lemah maka soal ujian yang seharusnya mudah menjadi begitu susah dikerjakan oleh karena ketakutan-ketakutan yang muncul akibat tidak adanya kekuatan mental dalam menghadapi ujian dan adanya tuntutan kelulusan.
Disamping itu, Berbagai tekanan psikologis (dari orangtua dan guru yang “mengharuskan” siswa lulus) yang datang pada siswa, membuat siswa semakin stress saat hendak UN. Padahal, setiap kegiatan, setiap pembelajaran, memerlukan evaluasi (dalam hal ini pemerintah memilih evaluasi dalam bentuk UN). Diakui atau tidak, media, baik media elektronik atau media cetak, berperan dalam membuat siswa semakin stress. Bagaimana tidak, sebelum UN dilaksanakan, media begitu gencar memberitakan anak-anak yang stress saat UN di tahun lalu. Ditambah lagi dengan liputan penuh air mata pada siswa-siswa yang tidak lulus pada tahun sebelumnya.Liputan-liputan media elektronik (televisi) yang memberitakan kecurangan-kecurangan saat UN secara “live” pada saat UN masih berlangsung, dapat membuat siswa-siswa yang jujur menjadi bimbang. Dalam hatinya akan muncul pertentangan, “Buat apa aku mengerjakan soal dengan jujur, jika banyak siswa yang mengerjakannya dengan tidak jujur.” Diakui atau tidak, lebih banyak media yang menyorot siswa yang tidak lulus, dibandingkan siswa yang lulus, padahal siswa yang lulus lebih banyak daripada siswa yang tidak lulus, sebelum dan selama UN berlangsung.
Di sisi lain, pendapat para” pakar” juga berperan dalam membuat siswa semakin takut. Komentar-komentarnya yang “bombastis” tentang tidak perlunya UN dapat membentuk pola pikir negatif pada diri siswa. Siswa merasa bahwa UN tidak perlu (berdasarkan pendapat para pakar), namun mereka harus tetap menjalankannya. Pertentangan di dalam diri siswa ini tentu memberikan pengaruh terhadap diri siswa.

Nah dari pemaparan diatas sebenarnya masalah kecemasan siswa yang mau ujian nasional itu berat juga ya. Bahkan ada berita bahwa ada pelajar SMP 2 Manisrenggo klaten yang gantung diri dimarahi ibunya karena hasil Ujian Nasionalnya yang jelek. Dan kepala sekolahnya membuat surat kemudian menyebarkan ke seluruh orang tua murid disekolah tersebut. Dan inti dari surat tersebut adalah: 
Ujian anak anda telah selesai, saya tahu anda cemas dan berharap anak anda berhasil dalam ujiannya. Tapi mohon diingat, ditengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu ada calon seniman yang tidak perlu mengerti matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran sejarah. Tidak penting berapapun nilai ujian mereka, anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka.
Dan mohon berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.

Berbagai fenomena disekolah menjadi permasalahan bagi siswa, maka siswa memerlukan bantuan guru pembimbing untuk mengatasi masalah siswa dengan melakukan layanan konseling, salah satunya adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan layanan yang dilaksanakan secara berkelompok untuk membantu masalah yang dialami oleh anggots kelompok. Prayitno (2004), konseling kelompok adalah hubungan antara konselor dengan siswa untuk membantu mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Konseling dengan pendekatan rasional emotif telah digunakan secara meluas untuk mengatasi atau menghilangkan berbagai gangguan emosional yang dapat merusak diri, seperti benci, takut, cemas, was-was sebagai akibat berpikir yang irasional dan melatih menghadapi kenyataan secara rasional. Terdapat berbagai teknik yang dipergunakan dalam KRE, diantaranya adalah disentisasi sistematis, pengkondisian instrumental, relaksasi dan modeling. Dalam penelitian ini peneliti akan mempergunakan teknik relaksasi.

Ini adalah contoh dari teknik relaksasi:



        Konseling rasional emotif merupakan aliran psikoterapi yang berlandaskan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi. Baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat (Corey, 1990 dalam Nandang Rusmana, 2009:53).Menurut Ellis dalam (Nandang Rusmana, 2009:53) memandang bahwa manusia itu mempunyai sifat rasional dan irrasional. Konseling Rational-Emotif menekankan bahwa perilaku menyalahkan adalah merupakan inti dari sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu untuk menemukan orang yang neurotik atau psikotik konselor harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan pada orang lain yang ada pada orang tersebut (Corey dalam Nandang Rusmana, 2009:53). 
        Konsep konseling kelompok rasional emotif dikerangkakan dalam model A-B-C, dimana A adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan. B adalah beliefs, yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.C adalah consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan kita yang keliru. 
 Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling Rasional Emotif 
Suherman (2008:325) mengemukakan 4 langkah dalam proses konseling rasional emotif teknik relaksasi, yaitu sebagai berikut: 
1.      Langkah I: menunjukkan kepada konseli bahwa mereka tidak logis, membantu individu memahami bagaimana dan mengapa mereka menjadi demikian, dan mendemonstrasikan hubungan irrasional mereka yang menjadi sumber ketidakbahagiaan dan gangguan emosional. 
2.      Langkah II: konseling rasional emotif teknik relaksasi berjalan dengan menunjukkan konseli bahwa mereka memelihara gangguan dengan terus berpikir tidak logis. 
3.      Langkah III: mengubah cara berpikir individu dan meninggalkan ide-ide irasionalnya. 
4.      Langkah IV: menggunakan ide-ide tidak logis yang lebih khusus dan mempertimbangkan ide- ide irrasional yang lebih umum bersama-sama dengan filosofi yang lebih rasional, sehingga konseli dapat terhindar dari kepercayaan-kepercayaan dan ide-ide irrasionalnya.

       Saya menulis sebuah artikel ini juga bersumber dari sebuah jurnal yang berjudul ‘Upaya mengurangi kecemasan menghadapi ujian melalui konseling rasional emotif dengan teknik relaksasi pada siswa’ oleh Nasiatul Aisyah.  Dimana tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas konseling rasional emotif teknik relaksasi dalam mengurangi kecemasan menghadapi ujian siswa MA Taqwal Illah Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa konseling rasional emotif teknik relaksasi yang dilaksanakan di MA Taqwal Illah Semarang belum ideal. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka perlu dilaksanakan PTBK dengan menerapkan konseling rasional emotif teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Hasil pelaksanaan tindakan menunjukan kecemasan siswa menghadapi ujian mengalami penurunan. Rata-rata nilai pretest untuk tingkat kecemasan menghadapi ujian adalah 75,25. Nilai tersebut masuk pada kategori tinggi. Rata-rata skor posttest (setelah pelaksanaan tindakan) adalah 43,25.. Data ini menunjukan bahwa konseling rasional emotif teknik relaksasi efektif dalam mengurangi kecemasan menghadapi ujian siswa MA Taqwal Illah Semarang.

Jadi kesimpulan dari artikel ini adalah:
a.               Kesiapan mental adalah hal penting dalam menyiapkan UN ,dengan kesiapan mental yang kuat maka saat melaksanakan UN siswa akan menghadapinya dengan tenang, percaya diri, dan tidak dalam kondisi yang takut atau stress.
b.               Kesehatan mental siswa memiliki implikasi terhadap persiapan dan hasil UN.
c.               Semakin tinggi tingkat kesiapan mental siswa maka semakin tinggi pula angka keberhasilan dalam menhadapi UN.


Demikianlah artikel yang saya buat, mohon maaf apabila masih ada kekurangan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :)

Tambahan, lagu untuk memperdalam teknik relaksasi.




Daftar Pustaka
Aisiyah, Nasiatul. 2012. Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik Relaksasi Pada Siswa.Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Semarang: IKIP Veteran