Selamat datang para jones yang haus akan cerita baper ^^

Apr 23, 2016

Undangan.

Reuni masa lalu, seakan terngiang dibenakku, wajah yang dulu masih begitu polos tanpa ada coretan kerasnya hidup,
dan wajah yang masih begitu lugu saat kita tertawa bersama diujung kantin, wajah yang masih sangat jahil saat
pelajaran dikelas kosong dan kita bercanda bersama..

Juga wajah yang begitu ingin tahu, apa itu cinta?

Masa masa SMP memang tak seindah masa SMA, masa yang tak tahu apa itu cinta, saat kita bilang pada orang tua kita

   "Ma.. aku jatuh cinta sama dia"

Pasti mereka para orang tua menjawab pertanyaan anak lugunya itu dengan senyuman penuh arti

   "itu namanya cinta monyet anakku.."

Kenapa?
Kenapa cinta yang diartikan begitu salah? Apa semua anak SMP yang mengalami jatuh cinta harus berakhir dikatakan cinta
monyet? Apakah cinta anak SMP begitu direndahkan dan tak dianggap, sampai sampai dikatakan cinta monyet..
cinta yang tak sesungguhnya, karena masa masa itu kita tak tahu apa itu arti cinta sesungguhnya.

Undangan itu tergeletak manis dimeja belajar kamarku, aku duduk dikasur sambil memandangi undangan yang sedari tadi belum
kubuka, ini undangan reuni SMP, aku begitu takut..

Aku meletakkannya ditempat sampah dan keluar dari kamar menuju kampus.

Ahh, aku tak mau memikirkan undangan itu, aku tak mau lagi bertemu dengannya, karena kurasa aku sudah cukup sakit bertemu dengannya, namun.. disudut hatiku yang paling dalam, aku ingin bertemu dan melepas rindu padanya, teman masa SMPku, teman?
yah aku kira dia bukan sekedar teman, dia special.. dia takkan terlupakan, namun baginya, aku hanyalah angin lewat dalam kehidupannya..

Aku terlalu munafik untuk mengakui itu, menyatakan cintaku padanya..
cinta yang aku kira hanya sekedar cinta monyet, tapi entah mengapa bisa bertahan sampai aku duduk dikampus ini.
Mungkin ini lebih dari cinta monyet, tapi ini cinta sejati.

Aku ingin bertemu dengannya, batinku
Aku ingin! batinku lebih kuat sekarang.

***


Hari yang aku tunggu tunggu tiba, aku sengaja membeli tiket kereta api lebih awal dari jadwal reunian yang tertera di undangan, aku menuju jakarta dengan perasaan campur aduk, antara kangen, rindu, dan.. takut.
Yahh aku takut, takut karena apa?

Aku takut, jika aku bertemu dengannya, dia sudah mempunyai sepasang kekasih, aku tak tau bagaimana jadinya hatiku jika itu sungguh sungguh terjadi.
Aku berdiri didepan restoran yang dijanjikan direuni tersebut. Hanya berdiri sambil memegang erat undangan tersebut.

Aku kira ini bukan saat yang tepat untuk takut, aku harus berani! Batinku

Namun apa yang aku katakan dalam pikiranku tidak sejalan dengan apa yang dilakukan tubuhku, pikiranku menyuruhku masuk kedalam restoran, namun tubuhku berjalan menjauhi restoran tersebut. Kemunafikanku yang menang.. Aku berjalan menjauh dan masuk kedalam mobil.

Didalam mobil aku merobek robek undangan tersebut, membenturkan kepalaku dikaca dan menangis.. Untuk apa aku menangis?
Aku terlalu lemah sebagai wanita..

Mataku tertuju pada seseorang yang aku kenal, jantungku bergemuruh begitu keras,
mataku terbelalak, seketika tanganku menggengga setir dengan kuat sampai terasa basah karna keringatku..

Tak kusangka dia dulu yang kukenal sebagai masa laluku, kini dia ada didepan mataku. Aku segera keluar dari mobil dan menghampirinya, seketika rasa takutku hilang saat melihatnya. Ingin rasanya aku berlari menghampirinya dan memeluknya dengan erat.
Aku merindukanmu

Dia sedang berjalan, menuju restoran dengan tshirt dan jeansnya. Dia tampak sangat berbeda dari 4 tahun yang lalu, aku memanggil namanya, dia tak menoleh kearahku, aku memanggil namanya lagi, dia mencari cari dimana sumber suara tersebut, dan ternyata benar itu memang dia!

Aku semakin dekat menghampirinya, namun langkahku terhenti saat sesosok wanita memanggil namanya, lalu dihampirinya sang wanita tersebut lalu dirangkulnya mesra..

Apr 22, 2016

Short Story: Jealous

NIALL ZAYN LOVE STORY
SHORT STORY

Cerita Pendek
ONE DIRECTION

Alia Amira


            "Jealous"




*Alia pov*

   "hachhhhiiiihh"

   "Al, kamu sakit?" tanya Zayn disela sela kesibukan dengan laptopnya.

   "Tanyakan saja pada si Idiot itu!" jawabku sambil melirik Niall, Niall sedang bermain dengan handphone-nya
tak jauh dari kami, dia menoleh kearah aku dan Zayn.

   "Apa ? Aku? Bukan aku, itu salahmu sendiri" katanya
   "jelas jelas itu Haacchhiiih kau, Horan" jawabku

   "Apa kau bilang? Haccchhhhiiih, jangan salahkan aku, salahmu sendiri yang mau saja aku bohongi" katanya sambil meniru suara bersinku, menyebalkan!

   "Aku? Kau menelponku bilang sedang sendirian dirumah HACCHHIIHHH dan tak enak badan, hujan-hujanan aku kerumahmu dan ternyata kau malah asyik asyikan dengan PS-mu!" ucapku kesal padanya

   "itu bukan salahku"
   "jelas jelas itu salahmu!"
   "jangan menyalahkanku bocah dungu!" Niall berteriak keras kearahku, ohh.. Si Idiot ini memang ngajak perang denganku!

   "Kau manusia rakus menyebalkan! HACHHIHH"
   "masa bodoh! we we we dasar dungu! Bodoh!"
   "kau yang bodoh! Tukang makan!"
   "Apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarnya, ucapkan sekali lagi"
   "Kau bodoh!HACCHIIHH Niall James Horan si bodoh tukang makan!"

   "Ohh, jadi kau benar benar ingin perang ya?! Rasakan ini!" Ucap Niall sambil melemparkan bantal sofa kearahku.

   "Hey!!!! Kau yang memulainya ya!" Aku melempar balik bantal tersebut kearah Niall.

Lalu kami saling melempar bantal sofa, Zayn, Louis dan Harry hanya memperhatikan ulah kami berdua sambil tersenyum.

   "Bisakah kalian diam dan duduk tenang?!" Ucap Louis.

   "Dia yang memulai duluan!" ucapku dan Niall berbarengan dan saling menunjuk.

   "Jangan HACCHIIHH mengikuti gayaku, bodoh!" kataku sambil melempar kembali bantal yang dia lempar.

   "Kau yang mengikutiku duluan! Dungu!"

Aku lelah dengan perang ini, aku kembali duduk disebelah Zayn dan dia duduk didekat tv, jarak kami saling berjauhan namun sangat terasa hawa perang dan ingin aku lempar semua bantal disofa ini kemukanya yang menyebalkan itu.

   "Nah seperti ini kan tenang, tidak kah kau lelah?" ucap zayn padaku.

   "tentu aku lelah, dasar kekanakan" bisikku pelan.

   "Masa bodoh! Haccchhiihhh" ucapnya sambil melotot kearahku
   "Apa? Aku tak bicara padamu! GR"
   "Siapa juga yang bicara denganmu, dungu!"

   "Arghh, sudahlah, kalian ini sepertinya harus dipisahkan" ucap Louis.

   "Zayn.." panggil Liam.
   "yaa.."
   "Bawa Alia keluar saja, sampai kekesalan mereka mereda, berisik sekali mereka disini"
   "okaaayy" Zayn menutup laptopnya.

   "Tidak tidak! Alia tidak boleh kemanapun?!" Ucap Niall

   "Apa lagi yell?" ucap Louis.

   "Dia tidak boleh kemanapun, tidak kah kau lihat dari tadi dia bersin bersin?" Ucap Niall

   "Aku tidak apa- apa tuh, memangnya apa pedulimu denganku?!" kataku kesal.

   "Ya! Aku tak peduli padamu terserah kamu mau kemana" Ucap Niall sambil pergi berjalan menuju dapur.

   "Aku benci padamu!" kataku lalu berjalan keluar dari rumah.

   "HEI DUNGU!!! AKU SUNGGUH SUNGGUH BENCI PADAMU!" teriak Niall dari dapur, arghh menyebalkan sekali si tukang makan itu!

***

Niall POV

Kemana perginya wanita menyebalkan itu? Dia berjalan keluar sendirian. Sudah tahu langit mulai gelap,
apa sih yang dipikirkan Alia?

   "Kamu kenapa? Gelisah seperti itu" Tanya Louis padaku.
   "Apa? Aku? Tidak ada"
 
   "Terlihat jelas diwajahmu itu, kau sedang mengkhawatirkan Alia kan"
   "haha, peduli apa aku sama dia! Biarkan saja wanita dungu itu pergi"
   "terserah kau Niall, kejar saja dia"
   "untuk apa, lebih baik dirumah dari pada mengejar si Idiot itu"

Sebenarnya aku khawatir, kemana perginya dia? Bagaimana jika ada perampok atau penculik, dan.. dia kan sakit, bagaimana kalau dia bersin bersin, dan demamnya makin tinggi lalu pingsan dijalan?

   "Kalau kau khawatir susul saja, mumpung masih belum begitu jauh" saran Zayn.
Betul juga sarannya, lebih baik aku susul dia sekarang. Oke

   "Aku keluar sebentar" kataku sambil memakai jaket beserta kapuco ku.

   "Kau mau menyusul Alia, akhirnya... benci pun menjadi cinta" ledek Louis

   "Ap.. Apa?! Tidak mungkin, aku hanya berjalan-jalan mencari... Al, maksutku, mencari makan malam.."

   "Jangan munafik Horan"

   "Whatever!" Ucapku sambil keluar dari rumah,

Aku tidak khawatir kok, aku hanya jalan-jalan disore hari sambil mencari makan malam, ya! Benar! Bukan mencari Alia, haha.

------

Kemana perginya wanita dungu itu! Shit! Hari sudah semakin sore dan aku tak menemukannya dimanapun!
Bagaimana bisa perumahan sekecil ini bisa membuatku pusing mencari cari sosok wanita bodoh itu.

Sambil minum sofdrink kaleng, aku mencari Alia, namun tidak ada tanda tanda kehadirannya, dimanapun
Ohhh... Alia, kamu dimana?!!! Apa dia ngambek? Aku mungkin harus minta maaf padanya, Aku sudah keterlaluan waktu itu saat dia sedang nge-date dengan Zayn, dan aku menelponnya pura-pura sakit, dan dia secepat kilat langsung menuju kamarku dengan keadaan basah kuyup karena hujan deras saat itu.

Tidak? tidak

Aku tidak cemburu, aku hanya memastikan, saat dia nge-date dengan laki laki lain apakah dia masih mempedulikanku, dan ternyata
hehe- Dia sangat peduli :)

Aku mencarinya disekitar danau, dan.. AHA! Akhirnya ketemu juga wanita dungu ini, dia sedang duduk dipinggir danau, dan sedang menikmati angin sore. Bodoh! Bisa masuk angin dia kalau seperti itu terus. Aku menghapirinya diam diam, dan menutup kedua matanya dari belakang.

   "Apaaan nih mmpphhhh" teriaknya.

Die memberontak dan tanganku digigit olehnya, "AAAAAAAARRRRRRRGGGGGGGGGHHHHHHHHH, Apa yang kau lakukan! Bodoh!" teriakku kesal padanya, sakit sekali gigitannya! Dasar gigi mermut menyebalkan.

   "Niall? Sedang apa kau disini?" tanya dia padaku, aku mengelus elus bekas gigitannya dan duduk disebelahnya.
   "Tak kah kau meminta maaf atas apa yang kau perbuat padaku?" kataku sambil menunjukan bekas gigitannya itu didepan mukanya.
   "Singkirkan tanganmu, aku masih kesal padamu!" ucapnya sambil berpura pura melihat kearah danau, tapi matanya melirik kearahku.

   "Kau memang tak tau sopan santun!" ucapku kesal.

Alia tak menjawab, dia malah asyik melihat kearah danau. Terpaan angin membuat rambut rambutnya terangkat dengan anggunnya.

   "Kamu sedang apa disini? Jangan bilang, kau sedang khawatir mencarikanku kan?"
Ucapnya, tepat sekali!
Apa dia bisa membaca pikiran orang?

   "Jangan keGRan ya! Aku hanya sedang.. berjalan jalan saja, mencari makan malam" ucapku bohong.

Alia melirik sinis kearahku.

   "Apa? Aku tidak berbohong kok"

   "Memangnya aku bisa dibodohi? Disini danau, tidak ada tempat makan Horan!"

Astaga! Aku lupa! Jarak danau dan tempat makan kan sangat jauh sekali, ah.. dia sungguh peka, dan itu menyebalkan.

   "Aaa..a.. ya aku hanya sedang mencari udara segar disini, dan kebetulan bertemu denganmu! Salah? Oke baiklah, kalau begitu akupergi" ucapku sambil berdiri dan pergi meninggalkannya.

Ahh, sebenarnya aku tidak ingin meninggalkannya sendiri, aku sangat khawatir padanya, semoga saja dia langsung mengejarku. YA SEMOGA!

Aku menoleh kearahnya, dia masih duduk disitu, dan sama sekali tidak mempedulikanku.

Menyebalkan sekali dia, kenapa wanita dungu itu tidak mengejarku.

What?! Kenapa aku, kenapa aku berharap dia mengejarku?
Ahh biarkan saja dia sendirian disitu, baguslah.

*Alia POV*

Ada apasih dengan Niall sekarang? Dia sudah berubah menjadi pemarah, dan aneh. Seperti kemarin, saat sedang hujan-hujan, dan dia tau aku sedang jalan dengan Zayn, dia malah menelponku tiba-tiba dan suaranya seperti seolah olah dia sedang sakit keras, lalu menyuruhku kerumahnya dalam 5 menit.

Dan bodohnya, aku langsung mempercayainya.

Zayn kutinggalkan begitu saja di tempat makan, aku sungguh tak enak hati padanya, tapi bagaimana lagi? Aku sangat khawatir dengan Niall, teman masa kecilku itu. Teman masa kecilku yang menyebalkan.

   "Kamu pakai ini, nanti masuk angin" Niall tiba tiba muncul dibelakangku dan memberikan jaketnya padaku.

   "Ohh, terimakasih, bukankah kau.."

   "Iya iya, ini aku akan pergi, tapi sebelumnya kau pakai dulu itu jaketku, aku tidak mau sakitmu tambah parah"
Ucapnya memotong pembicaraanku.

Aku memegang jaketnya dan tersenyum sendiri, ternyata dia masih mempedulikanku.

   "Ap, Apa? Kenapa kau senyum senyum seperti itu? Sama sekali tidak cantik, dasar bodoh" ledeknya.

   "Ya! Aku memang tak cantik, dan kau? Si tukang makan bodoh  dungu!"

   "Kau memang ngajak adu mulut denganku ya! SUDAHLAH, aku tak peduli lagi denganmu! Menyebalkan" Ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

Uhh, apasih maunya dia? Kenapa sekarang dia sangat menyebalkan!
Lupakan saja deh, lagi pula hari sudah semakin gelap dan dingin, aku memakai jaket tersebut dan hendak pulang kerumah.

   "Ternyata kamu disini?" Tiba tiba Zayn muncul didepanku dengan membawa 2 gelas coffee ditangannya

   "Eh kau Zayn, iya aku disini, dan ini mau pulang"

   "Mau aku temani pulang?" Katanya sambil menyodorkan coffee itu padaku.

   "Ah tidak apa-apa aku bisa pulang sendiri kok" ucapku lalu mengambil coffee yang ia berikan.

   "Hari sudah gelap, tidak baik seorang gadis cantik sepertimu diluar sendirian.."

Katanya sambil tersenyum padaku, dia memang laki laki yang baik dan sopan, tidak seperti Niall yang menyebalkan! Dia selalu memanggilku dengan sebutan 'wanita dungu'! Itu sungguh sungguh perkataan yang menyakitkan telinga.

   "Sepertinya kau tak perlu repot repot Zayn, aku yang akan mengantarnya pulang"
Tiba tiba Niall muncul dari belakangku, dan langsung menggandeng tanganku, lalu menarikku menjauh dari Zayn.

   "Hah? Eh, Zayn.. bye.." ucapku pada zayn, Zayn hanya tersenyum dan pergi.

Aku menarik tanganku, melepaskan genggamannya.

   "Apa apaan sih?! Kenapa kau senang sekali muncul tiba tiba dan memaksa orang begitu saja!" ucapku kesal padanya.

   "Kau harusnya berterimakasih padaku! Bagaimana kalau Zayn tidak mengantarmu pulang, tapi malah melakukan hal yang tidak-tidak denganmu" kata Niall penuh curiga.

   "Zayn tidak seperti itu! Lagi pula tidak ada urusannya denganmu, apa pedulimu?"

   "Oke, fine. Memang aku bilang kalau aku 'Tak Peduli' lagi padamu. Jelas jelas itu bohong! Aku peduli padamu bodoh"

   "Ahh terserahlah! Kau memang menyebalkan Horan!" Ucapku agak membentak dan pergi, namun dia masih mengejarku.
 
   "Kau mulai berubah ya, semenjak kenal dengan Zayn!"

   "Aku tidak berubah, kau yang berubah! Tidak bisakah sikapmu lebih lembut dan sopan seperti Zayn?"

   "Ohh, jadi sekarang kau mau menyamakanku dengan si bodoh? Apa jangan-jangan.. kau jatuh cinta pada si Bodoh itu?"

   "Siapa si bodoh yang kau maksut? Zayn?!"

   "IYA, KAU JATUH CINTA KAN DENGANNYA!?"

   "Kalau ya kenapa? Hah?! Tak ada hubungannya denganmu!" Aku pergi meninggalkannya, ada apa sih dengannya? Jelas jelas aku hanya berteman dengan Zayn, kenapa dia berubah menjadi super menyebalkan seperti itu?

   "Tidak kah kau tau bagaimana rasanya cemburu?"

Aku mengentikan langkahku dan menoleh padanya, dia berdiri dan tertunduk lemas, lalu mengangkat kepalanya dan menatapku.

   "Aku terlalu munafik untuk bilang padamu, kalau aku tidak cemburu" Ucapnya lagi.

Aku ternganga mendengar ucapannya itu, aku mendekati Niall dan memegang tangannya.

   "Ya.. kau memang munafik Horan" Bisikku ditelinganya, lalu tersenyum dan dia ikut tersenyum, lalu kami tertawa bersama.

Yaa, bukan hanya kau saja yang munafik Niall James Horan, begitupun aku.. aku selalu menyembunyikan perasaan sukaku padamu, dan kau selalu menyembunyikan perasaan jealous-mu itu. Kau tahu? Kadang kita harus jujur mengungkapkan apa isi hati kita, atau kita akan terjebak dalam perasaan yang 'saling suka tapi tak tersampaikan'