Selamat datang para jones yang haus akan cerita baper ^^

Apr 9, 2014

Short Story: Timeline



Semua yang berawal dari pertemuan, akan berujung pada perpisahan, entah itu
pertemanan, keluarga, ataupun cinta. Semua orang yang akan menjalin hubungan pasti
akan berpisah suatu hari nanti.

Seperti kisah ini, sosok yang aku kenal sebagai teman curhat, sebagai keluarga, dan
juga sebagai seseorang yang aku cintai. Dia hanya satu orang, tapi keistimewaannya
membuatku merasa kalau dia lebih dari sekedar teman, lebih dari kebersamaan keluarga
dan lebih dari cinta pada seorang kekasih.


Selasa, 1 Feb 2011

Hujan rintik membasahi kota Jakarta di sore hari, aku berada diruang kelas bersama teman temanku
untuk mengerjakan kerja kelompok bersama. Karena tugasku sudah selesai, aku duduk
didekat pintu melihat rintikan hujan, sedangkan beberapa temanku yang lain masih mengerjakan
tugas.

Aku bersandar sambil melamun, melihat satu persatu rintikan hujan yang turun dari genting
dan dedaunan, tanpa sadar aku menghitung jumlah air yang jatuh

   "Udah selesai al?" tanya salah satu temanku, datang menghampiriku.
   "i,iya" jawabku
   "gak pulang?" tanya dia lagi

Aku melihat kearah rintikan hujan, sambil memasang wajah muram.

   "nunggu ujan reda ya?" tanya dia lalu duduk disebelahku.

Deg,
stop jangan duduk disebelahku.

   "iya, mau ke perempatan tapi masih gerimis gini" kataku sambil memandang langit
   "emang gak bawa jaket?" tanya dia
Aku menggeleng.

Dia mengambil tasnya lalu mengeluarkan jaket tebal berwarna biru dongker, lalu
meletakkannya dipangkuanku.

   "pake aja al" katanya sambil tersenyum ramah
   "enggak ah kagak"
   "udah, gue gak papa kali, gue gak gampang sakit kok"
   "gak gampang sakit gimana? waktu itu lo keujanan dikit aja langsung demam"
   "hah kapan?"
   "minggu lalu, masa lo lupa"

Dia mencoba mengingat ingat, lalu tersenyum

   "he he" ucapnya pelan sambil menggaruk garuk kepalanya.

Aku segera berdiri dan menaruh jaket tersebut di kepalanya.

   "gue duluan ya" kataku, sambil berjalan kearah hujan tersebut.

   "AL!" teriaknya, aku berhenti ditengah hujan dan menoleh kearahnya

Jaket tersebut dilebarkan diatas kepalanya, lalu dia menghampiriku dan mendekatiku untuk melebarkan jaket tersebut dikepalaku.

Deg,
Ya Tuhan ini sangat dekat.

   "kita pake bareng aja ya" katanya sambil mencoba merangkulku agar jaket tersebut muat
dipakai untuk berdua.
   "enggak enggak usah, lo aja" ucapku terbata bata
   "gak usah ngeyel deh al".

Akhirnya kita berdua jalan bersama menuju perempatan, dengan rangkulan hangatnya dipundakku
sambil memegang jaket untuk menutupi kepalaku dari rintikan hujan.
Dibawah langit mendung ini, aku sangat senang walaupun wajahku tidak menunjukkannya.
Jantungku sangat berdebar debar meskipun sikapku tak menunjukkannya.

Senin, 16 Juli 2012

Aku berangkat menuju kota Semarang, tempat dimana aku akan melanjutkan SMA, aku berpisah dengannya, teman sekelasku.. Tanpa ucapan selamat tinggal dan
tanpa kata kata perpisahan, aku kira sekarang dia sudah melupakanku, jadi untuk apa
aku menemuinya?

Hari demi hari yang kujalani telah berlalu, aku mempunyai banyak aktifitas,
terkadang jarak ini membuatku bertanya tanya, apakah ia..

masih mengingatku?


Sabtu, 7 September 2013


Setelah bertahun tahun aku berpisah dengannya, aku sempat kehilangan kontak dengannya
namun ini semua tak menghalangi takdirku dengannya, kami kembali berkomunikasi,
curhat ataupun berantem walau hanya sebatas text messenger.

Awalnya aku sangat senang bisa berhubungan lagi dengannya walaupun dalam
jarak ratusan kilometer seperti ini
Namun tak lama kemudian, kami saling memaki.

Jumat, 31 Januari 2014

Mungkin dengan kehadiranku dia merasa terganggu,
dan dia memintaku untuk merusak barang pemberiannya,
sebuah headset yang kusimpan manis didalam kotak yang penuh dengan flowercrown.
Aku sungguh tak mengerti apa maksud dari ucapannya tersebut.
Semua hal yang aku pertahankan untuk hubungan ini berakhir dengan
kata kata kasar yang ia ucapkan padaku..

Dia bilang, aku menyakitinya.. dan dia menyuruhku untuk tidak mengganggunya lagi.

Tuhan,
cobaan apa yang kau berikan padaku?

Jika benar aku menyakitinya, tunjukan rasa sakit yang lebih padaku. Jika memang aku wanita
murahan, mengapa sampai saat ini aku tidak memliki seorang kekasih? Dan Jika memang
ia tak mau menghubungiku lagi..

tolong, buat aku melupakannya.

Dan akhirnya, kami memutuskan untuk saling berpisah.

Sabtu, 5 April 2014



Hujan ini kembali mengingatkanku padanya, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya
secepat itu? Jika hubungan yang kita bangun bersama ini bertahan selama bertahun-tahun
lamanya.

Apa kabar dirinya ?
Aku merindukannya dalam diam
Aku memimpikannya dalam mimpi burukku

Apa dia telah melupakanku, dan mencintai wanita lain?
Uh.. wanita lain, membayangkannya saja membuat dadaku sesak.
Atau dia bertanya tanya tentang keadaanku disini?

Aku baik baik saja disini, walaupun sedikit terluka,
karena luka ku sesungguhnya takkan untukmu.. :)
Aku masih baik baik saja disini, sedikit menantimu,
karena jikaku terlalu banyak menantimu
aku takut penantianku akan sia sia.. :)
Aku tetap akan baik baik saja disini, tak mempunyai kekasih dan ke-singel an ku ini yang
membuatku bertahan, karena hanya kamu yang diam tak bergerak dihatiku.. :)

Aku mencoba tegar, sabar dan pasrah kepada Tuhan..
Dan dalam tulisan singkat ini, aku sadar

Bahwa aku telah jatuh ke lubang yang salah.

Senin, 15 Oktober 2018

Skripsiku telah selesai, semua tugas akhir kuliah sudahku selesaikan, aku berharap bisa
meraih pekerjaan yang pantas untukku, seorang Guru.. Itulah cita cita muliaku
Aku berharap bisa membahagiakan kedua orang tuaku :)

Dengan keteguhan hati, aku meminta ijin pada kedua orang tuaku untuk kembali mengejarnya ke Jakarta. Aku siap bertemu dengannya, dan aku siap untuk menyatakan isi hatiku.

Aku akan berkemas, menuju kota Jakarta.
Jakarta..
Aku kembali



Rabu, 17 Desember 2018

Sesampainya dikota yang penuh dengan kemacetan ini, aku gagal menemuinya, rumah lama
yang dulu ia tempati sudah bukan disana lagi, dan nomor teleponnya sudah tidak terdaftar lagi,
bagaimana bisa? Padahal dulu nomor ini yang sering ia pakai untuk menghubungiku.

Aku bertanya-tanya pada teman lamaku, namun tak ada yang tahu keberadaannya..

Tuhan...
Kenapa sulit bagiku untuk menemukannya?
Kenapa tak Kau biarkan hambamu ini bertemu dengannya?

Satu jam penuh aku hanya berjalan jalan disepanjang kota Jakarta, bertahun tahun
tak dapat kabar darinya dan dengan modal nekat aku menemuinya, namun hasilnya?
Nihil..

Tapi, aku tak pantang menyerah!
Aku akan tetap mencarinya, dan menemuinya! Bahkan aku akan bersumpah, jika aku tak
menemukannya, aku tidak akan pulang keasalku.. Semarang.

Aku menaiki taksi untuk mencari alamat sekolahku dengannya dulu, saat sampai disekolah lamaku ini
aku berjalan menyusuri kelas tiap kelas yang sudah mulai berubah, sekolah begitu sepi,
dan hari semakin gelap, mengingatkanku pada kejadian 8 tahun yang lalu, saat kita berdua
menerobos rintikan hujan bersama.

Dulu kita berjalan bersama penuh tawa menuju perempatan untuk mencari angkot,
sekarang kini hanya aku yang berjalan sendiri menuju perempatan.. untuk mencari kamu.



Tak ada tujuan dan hilang arah, aku berjalan ditengah kegelapan, tanpa sadar langkah kakiku
berjalan dengan sendirinya kearah rumah lamaku. Entah apa yang aku pikirkan.. Mungkin aku
penasaran, seperti apa sosok rumahku dulu? Apa sudah berubah?

Sesampainya dirumah lamaku, aku kaget.. tak ada yang berubah dari rumahku, masih
sama seperti dulu, tembok rumah berwarna hijau muda, pohon mangga didepan rumah,
dan lapangan volley persis didepan rumahku.

Aku berjalan mendekat, dan melihat lihat suasana disekitar rumah, sepi dan gelap.
Mataku berhenti pada seseorang yang sedang duduk dipinggir lapangan,
seseorang dengan kemeja biru navy melihat kearah jalan raya
sambil membawa sebuah kotak.

Sedang apa orang itu ada disini? Ini sudah malam.. Apa dia sedang menunggu seseorang?
Tanyaku dalam hati

Hampir lima belas menit aku memperhatikannya, tanpa mengecek handphone-nya, tanpa mencari-cari sosok seorang yang ia cari, tatapannya lurus kejalan raya sambil memegang erat kotak tersebut.

Sorot cahaya mobil yang lewat membuatku sekilas melihat wajah pria tersebut.
Seperti pria yang aku kenal?

Aku mendekatinya dari samping, jarak kami sekarang hanya 5 meter, aku diam memperhatikannya
saat dia berdiri dan menoleh kearahku, aku tercengang melihat wajahnya, sosok yang sedaritadi aku
cari cari kini ada didepanku.

Aku membalikan badanku, aku sungguh tak menyangka akan menemuinya disini, dia berjalan
kearahku lalu memegang pundakku.

   "Alia? Lo Alia?" tanya pria tersebut, dengan suara khas yang sering aku dengar.

Aku menoleh kearahnya perlahan.

   "Iya, lo siapa"

Wajahnya langsung berubah, dia sangat senang mendengar jawaban dari mulutku.

   "Ya ampun Alia, lo kapan nyampe Jakarta?!" ucapnya sambil mencubit kedua pipiku.

  "Tu-tunggu, kenapa lo bisa ada disini?" tanyaku sambil menyingkirkan tangannya dari pipiku

Dia tidak menjawab, hanya diam sambil memegang erat kotak yang dia pegang sedari tadi.
Lalu menaikan pundaknya, seolah olah ia tak tahu.
Konyol!

   "dih jawab, kenapa lo ada disini? lo nunggu siapa?" tanyaku penasaran

   "nunggu seseorang.." jawabnya sok misterius

   "yee, serius.. lo nungguin siapa dari tadi gue perhatiin lo tau"

   "masa ? gue lagi nunggu cewek"

Deg..
Cewek? Dia menunggu Perempuan?
Siapa?
Kekasihnya kah?

   "oh.. gitu" kataku singkat.

Hening sejenak, diantara kami berdua nampak saling canggung tak sanggup untuk memandang

   "um.. kapan lo nyampe Jakarta?" tanya dia berusaha mencairkan suasana

   "barusan kok"

   "dalam rangka apa lo ke Jakarta?"

   "gue ke Jakarta cuma pengen ketemu .."

Upss! hampir aku menyebutnya!

   "ketemu siapa?"

   "ng.. ketemu.. nenek gue! Iya, ketemu beliau"

   "ohh gitu"

   "Oiya, lo abis ini ada waktu gak, gue pengen ngobrol lebih lama sama lo!" ucapku

Dia memperhatikan jamnya

   "Gue mau nanya, apa lo udah punya pac.."

Pertanyaanku terputus,

   "lebih baik semua pertanyaan lo itu disimpen dulu" katanya sambil mendekatkan jari telunjuknya
di bibirku.

   "kenapa?"

   "ini buat lo" katanya sambil menyerahkan kotak itu padaku.

   "apaan nih?" tanyaku

Dia tak menjawab, hanya menantiku untuk membuka isi kotak tersebut,
aku membukanya secara perlahan..

  "Headset?" tanyaku sambil mengambil barang tersebut dari kotak.

   "Happy Birthday! Ini hadiah dari gue buat lo" katanya sambil mengacak acak rambutku
Astaga, aku lupa hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-23

   "sebentar? kenapa lo ngasih headset yang sama persis ini ke gue?" tanyaku sambil menunjukan
headset itu didepan mukanya.

Dia hanya diam, lalu berjalan mundur

   "nanti lo akan tau, gue pergi dulu ya" ucapnya sambil berjalan mundur lebih cepat,
dan lari meninggalkanku.

   "Tu- TUNGGU! Mau kemana lo?!!!" teriakku, namun ia tak berhenti, dia hanya melambaikan
tangan padaku.

Aku tak bisa mengejarnya, kakiku terlalu letih karena seharian telah berjalan mencarinya,
namun ternyata dia yang sedaritadi menungguku didepan rumah.

Aku memegang  headset tersebut dan melihat kertas yang terselip di headset
tersebut,

   'Happy Birthday Alia <3
Selamat ulang tahun semoga menjadi anak yang berbakti pada orang tua,
dan selalu sehat sentosa, amin
Jika headset ini sampai ketangan lo, gue bersyukur banget,
karena setiap 17 Desember, gue nunggu lo didepan rumah lo,
ya walaupun gue tahu lo ada di Semarang :)
Oh iya, tahun ini gue akan pergi ke Luar Negri, gue keterima kerja disana :D
Akhirnya impian gue tercapai :)
Lo juga kejar impian lo ya! jadi guru kan?! 

suatu saat nanti kalau kita jodoh
kita pasti akan bertemu lagi'

Kertas itu memberikan jawaban atas semua pertanyaanku, aku hanya terdiam
membaca kata perkata pada kertas itu. Aku duduk lemas dipinggir lapangan, menangis..
entah air mata apa yang aku keluarkan.

Air mata kesedihan atau kebahagiaan, air mata yang aku tumpahkan untuk seseorang yang
aku sebut sebagai teman, yang kita lalui bagaikan keluarga, dan yang aku cintai
lebih dari pacar, dialah sosok yang aku sebut dengan inisial...





'R'






Cerita ini cuma cerpen, gak nyata~ Dan bukan kehidupan tentang gue :)