Selamat datang para jones yang haus akan cerita baper ^^

Mar 12, 2014

Niall Love Story: The End



"Apakah nada suaranya sudah betul?"

"Sebenarnya itu salah," Laki-laki beranbut blonde itu memindahkan jari jari
wanita itu ke atas snar gitar

 "Harusnya seperti ini Amy"

Wanita bernama Amy itu memetik senar gitar dengan perlahan

"Masih terdengar jelek" Ucapnya putus asa.

"Aku yakin kau pasti bisa," Niall berusaha meyakinkan Amy

"Hanya saja kau
harus lebih banyak latihan"

"Yeah"

Niall melirik jam dinding "Mereka membeli makanan lama sekali"

"Siapa?"

"Harry dan Alya" Niall mendesah kecil.

"Kau jealous dengan Harry?"

"Apa?"

"Kau jealous dengan Harry? Karena Alya dekat dengan Harry?"

"Itu karena mereka tinggal dirumah yang berdekatan"

"Apa kau jealous juga karena itu?"

Niall mengambil nafas panjang "Mungkin, terkadang"

"Kau benar-benar mencintainya ya?"

"Kalau aku boleh jujur--"

"Ya? Jawabanmu adalah ya?" Niall mengangguk "Apa aku terlambat?"

"Apa maksudmu?" tanya Niall

"Apa aku terlambat jika aku baru menyatakan ini sekarang?"

Amy menunduk,
semburat merah muncul dikedua pipinya.

"Menyatakan? Menyatakan apa?" Niall mengerutkan dahinya.

"I," Amy mendekatkan wajahnya ke wajah Niall "I love you Niall James Horan"

Kini wajah mereka hanya berjarak dua atau mungkin dua setengah senti,
sementara Niall diam, mencerna kembali kata kata yang baru saja keluar dari
mulut mantannya. Amy.

**

(HARRY POV)

"Sudah kubilang jangan membeli makanan terlalu banyak, dasar keras kepala"

Ku goyang-goyangkan dengan kasar kantung-kantung makanan di tangan
kanan dan kiri ku.

"Maaf Curls, lagipula tadi kau tidak mengingatkanku"

"Aku sudah mengingatkanmu bodoh" Ucapku kesal, sambil memelototi Alya.

"Oh ya? Maaf kalau seperti itu"

"Whatever" Ucapku tidak peduli, dan berjalan mendahului Alya.

Kupetar knop pintu dengan perlahan, entah kenapa perasaanku tidak enak
begitu memegang knop ini. Aku mendorongnya sedikit, pintu terbuka sedikit
sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi di dalam, aku tersentak kaget, lalu
segera menarik pintu perlahan agar tidak mengeluarkan bunyi yang keras.

Tidak, Alya tidak boleh mengetahui hal ini, aku harus membawanya pulang.
Sekarang juga. Aku harap Alya masih tertinggal di lift saat aku mendahuluinya
tadi.

"Harry!" Seseorang menepuk punggungku, hampir membuat jantungku loncat
keluar.

Aku berbalik, tangan kananku masih memegang knop pintu di belakang
punggungku "Ya-ya?"

"Kenapa kamu berdiam disitu? Kenapa tidak masuk?" Tanya Alya was-was,
mata coklatnya melirik ke arah tanganku yang tersembunyi dibelakang
punggung, memegangi knop pintu, mencegah kemungkinan Alya membuka
pintu ini "Apa yang kau sembunyikan?"

"Nothing"

Alya melipat kedua tangannya di depan dada "Aku tidak yakin. Aku mau masuk
ke dalam, biarkan aku lewat"

"Tidak Alya" Aku merentangkan tangan, mencegah dia masuk

"Lebih baik kita pulang" Dengan cepat aku menggandeng tangan Alya dan menyeretnya
menjauhi ruangan itu "Aoou!" Teriak ku, ketika dengan liarnya Alya menggigit
tanganku yang menggandeng tangannya erat.

"Sudah kubilang aku mau masuk ke dalam dan memberikan makanan ini pada
Niall, aku yakin dia lapar sekali saat ini" Ucap Alya sambil berjalan mundur
mendekati ruangan itu lagi, tangan kanannya merogoh tas dan mencari
sesuatu

"Dan juga memberikan ini" Dia mengangkat bola kaca yang dibelinya
sebagai hadiah untuk Niall dengan senyum mengembang di bibirnya.
Aku mendecak keras "Aku yakin dia tidak--"

"Niall aku datang" Alya membuka pintu itu lebar "Uh-eh, maaf"

"Alya?!" Kudengar suara kaget Niall dari dalam. Alya menutup kembali pintu
itu, aku tahu bagaimana perasaan Alya saat ini "Apa yang kau maksud adalah
ini?" Matanya mulai berkaca.

Terlambat.

Aku terlambat mencegahnya. Aku mengutuk diriku karena gagal mencegahnya
masuk.

Alya menatap ku lama dan berlari menubruk dadaku, dia menangis terisak di
dadaku, aku memeluknya erat. Kukecup puncak kepalanya lembut "Sudah
kubilang jangan masuk, benar-benar keras kepala"

"Aku bisa menjelaskan semuanya" Niall muncul begitu saja di depan pintu,
berdiri beberapa meter dari tempatku dan Alya, di susul Amy yang hanya
tertunduk dan tidak berkata apa-apa

"Ini tidak seperti yang kau bayangkan"
Alya melepaskan pelukan ku, dan berjalan mendekati Niall, aku memegang
tangannya, mencegahnya mendekati Niall

"Biarkan aku memberikan ini Har" Aku melepas cengkramanku di
lengan kiri Alex.

"Ini untukmu" Alex meraih tangan Niall dan memberikan bola kaca itu di telapak
tangan Niall

"Jangan tanya aku kenapa aku memberikannya, tadinya aku mau
mengejutkanmu dengan benda ini, tapi ternyata kau lebih dulu mengejutkanku.
Terima kasih Ni, aku mengerti sekarang" Alya tersenyum hambar ke arah Niall

"Dan aku juga..mau mengakhiri semuanya, hubungan kita ini"

*Alya POV*

Aku berjalan lemas dikoridor, dan Niall terus berteriak memanggil namaku, aku tetap terus berjalan dan pura pura tak mendengarnya. Niall berhasil mengejarku dan menggenggam tanganku.

   "Alya, tunggu. Biarkan aku menjelaskannya padamu" ucap Niall

   "Menjelaskan apa? Itu semua sudah jelas"

   "Kau tidak tahu, itu tadi hanya sebuah kecelakaan" ucapnya dengan wajah penuh kepanikan.

Aku hanya menghela nafas dan melepas genggaman tangannya.

   "Apakah kau mencintai Amy?" tanyaku.

   "Kau tidak tahu, dia mendekatkan kepalanya ke kepalaku, dan aku tak sengaja berciuman dengannya"

   "Bukan itu jawaban yang aku mau Horan, jawab pertanyaanku, Apa kau mencintainya?" tanyaku sekali lagi.

Niall terdiam beberapa saat, dia memutar kedua bola matanya lalu kembali menatapku.

   "Amy.. Ya oke, aku mencintainya" Ucapnya.

   "Tapi, tapi itu dulu dan sekarang hubungan kita hanya sebatas mantan, dan.. dan.."

   "Dan sekarang kau dengan Amy bersatu lagi dan balikan, Perfect!"
Aku memotong perkataan Niall, lalu berjalan menjauh meninggalkannya

   "Bukan, bukan itu Alya. Please kasih aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita"
Ucap Niall sambil menggenggam tanganku dengan erat, dan membuat sakit dipergelangan tanganku.

   "Lepaskan aku Niall, sakit"
 
   "Tolong, maafin aku Alya" Ucap Niall tanpa mempedulikan kesakitan ditanganku.

   "Kau tidak tahu cara memperhatikan seorang wanita ya, lepaskan tanganmu"

Tiba-tiba Harry muncul dibelakangku,
lalu melepaskan cengkraman tangan Niall dari tanganku. Aku mengelus pergelangan tanganku yang mulai kemerahan.

   "Aku mau pulang Harry, bisakah kau mengantarku?" Ucapku pada Harry

   "Baiklah"

   "Biar aku saja yang mengantarmu Alya" Ucap Niall

   "Tidak usah Niall, kau mengantar Amy saja, kasihan dia sendiri menunggumu diruangan" kataku lalu pergi bersama Harry, namun Niall tetap mengejarku dan menggenggam tanganku, kali ini lebih lembut.

   "Tolong, aku ingin mengantarmu pulang, Alya" Ucapnya.

   "Tidakkah kau mendengar apa yang ia ucapkan, dia hanya ingin pulang denganku, bukan denganmu" Ucap Harry sambil melepaskan genggaman tangan Niall padaku. Aku pergi begitu saja disusul Harry disampingku.

Aku masuk kedalam mobil dengan keadaan kacau, air mata membanjiri pipiku, tak kusangka mereka akan melakukan hal itu dibelakangku. Harry masuk kedalam mobil, aku menghapus airmataku dan mencoba tetap tegar.

   "kau tau, aku sebenarnya sudah tau kejadian ini" katanya sambil mengelus kepalaku, mencoba menenangkanku

   "diamlah Harry, tolong antarkan aku pulang"

   "baiklah, tapi berjanjilah jangan menangis lagi" dia memberikan jari kelingkingnya padaku.

   "okay, pinky swear"

Harry kemudian menyalakan mobilnya, dan mengantarku pulang. Selama perjalanan tak ada pembicaraan sama sekali, dan itu membuatku nyaman.

No comments:

Post a Comment