Starting making her way past 2 in the morning she hasn't been sober for days Leaning now into the breeze Remembering Sunday, she falls to her knees They had breakfast together But two eggs don't last Like the feeling of what she needs Now this place is familiar to her he pulled on her hand with a devilish grin he led her upstairs, he led me upstairs Left her dying to get in Forgive me, I'm trying to find My calling, I'm calling at night I don't mean to be a bother, But have you seen this man? he's been running through my dreams And it's driving me crazy, it seems I'm going to ask him to meet me Even though he doesn't believe in love, she's determined to call his bluff Who could deny these butterflies? They're filling her gut Waking the neighbors, unfamiliar faces she pleads though she tries But she's only denied Now she's dying to get inside Forgive me, I'm trying to find
kutelfon sepanjang malam
bukan bermaksud tuk mengganggu But have you seen this man? he's been running through my dreams
dan membuatku jadi gila I'm going to ask him to meet me his parents said he moved away Funny how it rained all day I didn't think much of it then But it's starting to all make sense Oh, I can see now that all of these clouds Are following me in my desperate endeavor To find my whoever, whoever he may be you're not coming back (forgive me) you've done something so terrible you terrified to speak (I'm not calling, I'm not calling) But i'm expect that from you you mixed up, you'll be blunt, now the rain is just (You're driving me crazy, I'm) Washing me out of your hair and out of your mind Keeping an eye on the world, From so many thousands of feet off the ground, you over me now you at home in the clouds, and towering over my head "Well I guess I'll go home now... I guess I'll go home now... I guess I'll go home now...
Selamat sore semuanya, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang beragama
islam, semoga puasanya lancar yaaa amin. Oke, sudah lama nih aku gak
sharing-sharing lagi di blog ini, kali ini aku mau membahas suatu hal yang berbeda.
Biasanya kan aku bikin cerpen, curhat dan sebagainya, nah dalam postingan ini
aku mau share tentang sebuah artikel yang didalamnya pasti pernah kalian alamin
sebelumnya. Baiklah, tanpa ba bi bu lagi kita langsung aja bahas, check this
out!
Kalian pasti
pernah kan ngerasain yang namanya cemas dan takut ketika kalian pengen ujian
gitu. Iyalah jelas, karena kecemasan itu merupakan suatu perasaan yang sering
kita alamin dalam keadaan tertentu. Akan tetapi kecemasan juga merupakan reaksi
normal kok, apabila kejadian ersebut tidak berlangsung lama.
Menurut
Hawari (2006: 18) kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan. Ada orang yang tidak tahan menghadapi masalah kecil akan timbul
kecemasan, tetapi ada juga orang yang menghadapi tekanan dan konflik hidup yang
berat tanpa menimbulkan kecemasan apapun. Respon fisik terhadap ancaman yang
sama bisa berbeda, pengalaman memberikan pengaruh terhadap bentuk respon. Rasa
cemas umumnya terjadi pada saat ada kejadian atau peristiwa tertentu, maupun
dalam menghadapi suatu hal.Misalnya, ketika menghadapi ujian atau tes, dan
sebagainya.
Ada beberapa faktor pemicu timbulnya
kecemasan pada siswa
1.Faktor kurikulum: seperti target
kurikulum yang terlalu tinggi, pembelajaran yang kurang kondusif, pemberian
tugas yang sangat padat, serta penilaian yang begitu ketat pengawasnya
2.Faktor guru: sikap dan perlakuan guru
yang kurang bersahabat, galak, kurang berkompeten
3.Faktor manajemen sekolah: penerapan
disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, sekolah kurang
nyaman, sarana dan prasarana yang kurang
4.Faktor masa depan
5.Faktor persaingan
Ujian
nasional seringkali ditanggapi sebagai beban oleh para siswa khususnya mereka
yang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Siswa menyiapkan diri baik fisik
maupun non fisik agar mereka terhindar dari kegagalan dalam Ujian nasional
Kegagalan dalam Ujian nasional berdampak, siswaakan merasamemikul beban moral
seperti rasa malu, canggung, minder dan menghindari pergaulan yang pada
akhirnya mereka akan kehilangan rasa percaya diri. Perasaan takut gagal
tersebut dapat menjadi beban yang menyebabkan para siswa memiliki kecemasan
dalam menghadapi ujian nasional. Kecemasan ini dapat mempengaruhi kondisi
psikologis mereka yang akan mengganggu aktivitas mereka sebagai reaksi terhadap
adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
Apa
kaitannya dengan kesehatan mental seseorang dengan kecemasan?
Secara
etimologis, Mental Hygiene berasal dari kata mental dan
hygiene. Kata “mental” berasal dari kata latin “mens” atau “mentis”
artinya jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dalam bahasa Yunani, kata hygiene berarti
ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental
(ilmu kesehatan mental). Mental hygiene sering disebut pula psiko-hygiene.
(Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono (2000: 3),
mental hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah
kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya ganggUN/penyakit
mental dan ganggUN emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit
mental, serta memajukan kesehatan jiwa.
Definisi di atas menunjukkan bahwa
kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui
terlebih dahulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui
pendekatanhygiene mental.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental
dalam perspektif psikologi dapat dipahami dari definisi-definisi berikut :
a. Kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis
dan psikosis).
b. Kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat
serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian ini lebih luas dan umum, karena
telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan
penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup.
c. Terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai
kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari
kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
d. Pengetahuan dan
perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat
dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang
lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa (Darajat, 1994:11-14).
Kecemasan yang
dialami siswa termasuk jenis kecemasan neurotic yaitu kecemasan yang disebabkan
rasa takut jangan-jangan insting-insting (dorongan id) akan lepas
dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum.
Kecemasan neurotic
bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri melainkan ketakutan
terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan. Siswa
cemas apabila tidak bisa mendapatkan nilai yang maksimal maka siswa akan
mendapatkan hukuman dari orang tua.
Sebab
orang tua menuntut siswa supaya mendapatkan nilai yang maksimal dan berprestasi
di sekolah.Mengingat keceasan berdampak negative terhadap
pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu
adanya upaya-upaya tertentu untuk mengatasi kecemasan siswa menghadapi ujian
ataupun tes, sekolah perlu menyediakan layanan konseling bagi siswa yang
mengalami kecemasan dalam mengikuti ujian nasional disekolah.
Implikasi kesehatan mental seseorang
terhadap UN
Berangkat dari telaah yang telah
dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, menjadi penting dicari titik temu dan
relevansi yang mampu mewujudkan satu misi dari dua bidang berbeda antara tujuan
kesehatan mental pada satu sisi dan fungsi/tujuan pendidikan pada sisi yang
lain. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, menegaskan:
“Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampUN dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Konsep pendidikan yang tertuang pada
pasal 1, ayat 1:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dari paparan pengertian pendidikan,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut terbaca jelas memiliki relevansi
dan singkron dengan karakteristik kesehatan mental sebagaimana telah diurai
sebelumnya. Dengan kata lain, apa yang menjadi cita-cita pendidikan nasional
bermuara pada apa yang menjadi kriteria kesehatan mental dan begitu pula
sebaliknya.
Dengan demikian implikasi kesehatan
mental siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan dapat ditegaskan:pertama,
bahwa dalam penyelenggaran pendidikan (baca:formal) pada setiap satuan
pendidikan di Indonesia seharusnya mendesain visi, misi dan tujuannya yang
secara simultan mampu membentuk peserta didik yang bermental sehat sebagaimana
tujuan pendidikan nasional tersebut. Kedua, seluruh warga sekolah
seharusnya secara kompak melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindaklanjut
secara konsisten demi mencapai tujuan pendidikan nasional dan kriteria
kesehatan mental tersebut. Ketiga, setiap satuan pendidikan
seharusnya memberdayakan program-program pengembangan diri, bimbingan
konseling, dan sejenisnya sebagai media yang sangat efektif untuk pembinaan
potensi peserta didik sesuai minat-bakat dan pencegahan dini sekaligus tindakan
terhadap penyimpangan, gaggUN/sakit mental yang dialami peserta didik.
lebih jauh lagi menurut penulis,
bahwa kesehatan mental memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
kesiapan dan hasil UN seorang siswa. mereka yang memiliki kesehatan mental yang
bagus akan sanggup mengerjakan soal-soal ujian dengan mudah, namun sebaliknya
bagi mereka yang mentalnya lemah maka soal ujian yang seharusnya mudah menjadi
begitu susah dikerjakan oleh karena ketakutan-ketakutan yang muncul akibat
tidak adanya kekuatan mental dalam menghadapi ujian dan adanya tuntutan
kelulusan.
Disamping itu, Berbagai tekanan
psikologis (dari orangtua dan guru yang “mengharuskan” siswa lulus) yang datang
pada siswa, membuat siswa semakin stress saat hendak UN. Padahal, setiap
kegiatan, setiap pembelajaran, memerlukan evaluasi (dalam hal ini pemerintah
memilih evaluasi dalam bentuk UN). Diakui atau tidak, media, baik media
elektronik atau media cetak, berperan dalam membuat siswa semakin stress.
Bagaimana tidak, sebelum UN dilaksanakan, media begitu gencar memberitakan
anak-anak yang stress saat UN di tahun lalu. Ditambah lagi dengan liputan penuh
air mata pada siswa-siswa yang tidak lulus pada tahun
sebelumnya.Liputan-liputan media elektronik (televisi) yang memberitakan
kecurangan-kecurangan saat UN secara “live” pada saat UN masih berlangsung,
dapat membuat siswa-siswa yang jujur menjadi bimbang. Dalam hatinya akan muncul
pertentangan, “Buat apa aku mengerjakan soal dengan jujur, jika banyak siswa
yang mengerjakannya dengan tidak jujur.” Diakui atau tidak, lebih banyak media
yang menyorot siswa yang tidak lulus, dibandingkan siswa yang lulus, padahal
siswa yang lulus lebih banyak daripada siswa yang tidak lulus, sebelum dan
selama UN berlangsung.
Di sisi lain, pendapat para” pakar”
juga berperan dalam membuat siswa semakin takut. Komentar-komentarnya yang
“bombastis” tentang tidak perlunya UN dapat membentuk pola pikir negatif pada
diri siswa. Siswa merasa bahwa UN tidak perlu (berdasarkan pendapat para
pakar), namun mereka harus tetap menjalankannya. Pertentangan di dalam diri siswa
ini tentu memberikan pengaruh terhadap diri siswa.
Nah
dari pemaparan diatas sebenarnya masalah kecemasan siswa yang mau ujian
nasional itu berat juga ya. Bahkan ada berita bahwa ada pelajar SMP 2
Manisrenggo klaten yang gantung diri dimarahi ibunya karena hasil Ujian
Nasionalnya yang jelek. Dan kepala sekolahnya membuat surat kemudian
menyebarkan ke seluruh orang tua murid disekolah tersebut. Dan inti dari surat
tersebut adalah:
Ujian
anak anda telah selesai, saya tahu anda cemas dan berharap anak anda berhasil
dalam ujiannya. Tapi mohon diingat, ditengah-tengah para pelajar yang menjalani
ujian itu ada calon seniman yang tidak perlu mengerti matematika. Ada calon
pengusaha yang tidak butuh pelajaran sejarah. Tidak penting berapapun nilai
ujian mereka, anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka.
Dan
mohon berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di
dunia ini.
Berbagai
fenomena disekolah menjadi permasalahan bagi siswa, maka siswa memerlukan
bantuan guru pembimbing untuk mengatasi masalah siswa dengan melakukan layanan
konseling, salah satunya adalah konseling kelompok. Konseling kelompok
merupakan layanan yang dilaksanakan secara berkelompok untuk membantu masalah
yang dialami oleh anggots kelompok. Prayitno (2004), konseling kelompok adalah
hubungan antara konselor dengan siswa untuk membantu mengentaskan masalah klien
dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Konseling
dengan pendekatan rasional emotif telah digunakan secara meluas untuk mengatasi
atau menghilangkan berbagai gangguan emosional yang dapat merusak diri, seperti
benci, takut, cemas, was-was sebagai akibat berpikir yang irasional dan melatih
menghadapi kenyataan secara rasional. Terdapat berbagai teknik yang
dipergunakan dalam KRE, diantaranya adalah disentisasi sistematis,
pengkondisian instrumental, relaksasi dan modeling. Dalam penelitian ini
peneliti akan mempergunakan teknik relaksasi.
Ini adalah contoh dari teknik relaksasi:
Konseling rasional emotif merupakan aliran psikoterapi yang berlandaskan bahwa
manusia dilahirkan dengan potensi. Baik untuk berpikir rasional dan jujur
maupun untuk berpikir irrasional dan jahat (Corey, 1990 dalam Nandang Rusmana,
2009:53).Menurut Ellis dalam (Nandang Rusmana, 2009:53) memandang bahwa manusia
itu mempunyai sifat rasional dan irrasional. Konseling Rational-Emotif
menekankan bahwa perilaku menyalahkan adalah merupakan inti dari sebagian besar
gangguan emosional. Oleh karena itu untuk menemukan orang yang neurotik atau
psikotik konselor harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan pada orang
lain yang ada pada orang tersebut (Corey dalam Nandang Rusmana, 2009:53).
Konsep konseling kelompok rasional emotif dikerangkakan dalam model A-B-C,
dimana A adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu,
seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma
masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab
ketidakbahagiaan. B adalah beliefs, yaitu
keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri
yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.C adalah consequence,
yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif
seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari
keyakinan-keyakinan kita yang keliru. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Suherman
(2008:325) mengemukakan 4 langkah dalam proses konseling rasional emotif teknik
relaksasi, yaitu sebagai berikut: 1.
Langkah I: menunjukkan kepada konseli bahwa mereka tidak logis, membantu
individu memahami bagaimana dan mengapa mereka menjadi demikian, dan mendemonstrasikan
hubungan irrasional mereka yang menjadi sumber ketidakbahagiaan dan gangguan
emosional. 2.
Langkah II: konseling rasional emotif teknik relaksasi berjalan dengan
menunjukkan konseli bahwa mereka memelihara gangguan dengan terus berpikir tidak
logis. 3.
Langkah III: mengubah cara berpikir individu dan meninggalkan ide-ide
irasionalnya. 4.
Langkah IV: menggunakan ide-ide tidak logis yang lebih khusus dan
mempertimbangkan ide- ide irrasional yang lebih umum bersama-sama dengan filosofi
yang lebih rasional, sehingga konseli dapat terhindar dari
kepercayaan-kepercayaan dan ide-ide irrasionalnya.
Saya
menulis sebuah artikel ini juga bersumber dari sebuah jurnal yang berjudul
‘Upaya mengurangi kecemasan menghadapi ujian melalui konseling rasional emotif
dengan teknik relaksasi pada siswa’ oleh Nasiatul Aisyah. Dimana tujuan
penelitian ini adalah mengetahui efektivitas konseling rasional emotif teknik
relaksasi dalam mengurangi kecemasan menghadapi ujian siswa MA Taqwal Illah Semarang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan bimbingan dan konseling
(PTBK). Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa konseling rasional emotif
teknik relaksasi yang dilaksanakan di MA Taqwal Illah Semarang belum ideal.
Kondisi ini menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi ujian. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka perlu dilaksanakan
PTBK dengan menerapkan konseling rasional emotif teknik relaksasi untuk
mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Hasil pelaksanaan tindakan
menunjukan kecemasan siswa menghadapi ujian mengalami penurunan. Rata-rata
nilai pretest untuk tingkat kecemasan menghadapi ujian adalah 75,25. Nilai
tersebut masuk pada kategori tinggi. Rata-rata skor posttest (setelah pelaksanaan
tindakan) adalah 43,25.. Data ini menunjukan bahwa konseling rasional emotif
teknik relaksasi efektif dalam mengurangi kecemasan menghadapi ujian siswa MA
Taqwal Illah Semarang.
Jadi kesimpulan dari artikel ini
adalah:
a.Kesiapan mental adalah hal penting dalam
menyiapkan UN ,dengan kesiapan mental yang kuat maka saat melaksanakan UN siswa
akan menghadapinya dengan tenang, percaya diri, dan tidak dalam kondisi yang
takut atau stress.
b.Kesehatan mental siswa memiliki implikasi terhadap
persiapan dan hasil UN.
c.Semakin tinggi tingkat kesiapan mental siswa maka
semakin tinggi pula angka keberhasilan dalam menhadapi UN.
Demikianlah artikel yang saya buat, mohon
maaf apabila masih ada kekurangan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :)
Tambahan,
lagu untuk memperdalam teknik relaksasi.
Daftar
Pustaka
Aisiyah,
Nasiatul. 2012. Upaya
Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik
Relaksasi Pada Siswa.Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Semarang: IKIP
Veteran